TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Pengelolaan sampah berkelanjutan mendapat perhatian serius Farida Afriani Astuti.
Hal itu disampaikannya saat menjalani sidang promosi S3 studi doktor ilmu lingkungan sekolah pascasarjana Universitas Dipenogoro.
Mengusung judul disertasi mitigasi kaji tindak atas pengelolaan berkelanjutan sampah regional TPA Piyungan acara tersebut berlangsung di Gedung TTB A, Lantai 1 Sekolah Pascasarjana Universitas Diponegoro JI. Imam Bardjo, SH. No. 5 Semarang, Senin (10/6).
Penelitian ini dilakukan di TPA Piyungan, yang berada di Padukuhan Ngablak, Kalurahan Sitimulyo, KapanewonPiyungan, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Farida Afriani Astuti mengatakan, TPA Piyungan sebagai TPA Regional mengalami permasalahan penolakan dari warga sekitar karena dampak yang ditimbulkan dan menuntut adanya kompensasi.
Tujuan dari penelitian ini adalah mengidentifikasi dampak TPA Piyungan terhadap komponen lingkungan hidup, mengestimasi Wilingness to Pay (WTP) penambahan biaya retribusi sampah untuk pengolahan lindi TPA Piyungan, menganalisis variabel perhitungankompensasi dampak negatif (KDN) TPA Piyungan, dan memformulasi tata kelola pengelolaan sampah yang berkelanjutan berdasarkan variabel perhitungan kompensasi dampak negatif (KDN) TPA Piyungan. Metode penelitian yang digunakan adalah kuantitatif dan kualitatif.
Survei lapangan, uji laboratorium, dan wawancara digunakan untuk mendapatkan data penelitian.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa lindi TPA Piyungan mempengaruhi kualitas airtanah, air sungai, dan air irigasi.
Lindi TPA Piyungan mempengaruhi sawah ketika musim hujan sehingga menurunkan produktivitas padi sebanyak 38 kg/Ha dalam 1x panen.
TPA Piyungan memberikan dampak positif bagi pendapatan masyarakat yang memanfaatkan keberadaanya danmemberikan dampak negatif bagi estetika lingkungan dan keresahan masyarakat.
Sebesar 77,18 persen pelanggan TPA Piyungan bersedia membayar tambahan biaya retribusi sampah sebesar Rp 2.000,00 per bulan untuk pengolahan lindi dengan memilih skenario 3 yaitu penggabungan model resirkulasi lindi dan optimalisasi IPL.
Pengelolaan sampah yang berkelanjutan dapat dimulai dengan berfokus pada dampak TPA Piyungan terhadap lingkungan yang merupakan variabel kunci (A1) yang bisa digunakan untuk menghitung KDN TPA Piyungan, kemudian dilanjutkan dengan variabel lainnya yaitu: Biaya Operasional Layanan Sampah (A2), Volume Sampah Terlayani (A4), Sumber Timbulan Sampah Terlayani (A5), dan Luas Daerah Layanan (A3).
Farida Afriani Astuti dalam penelitiannya menyrankan Lindi TPA Piyungan perlu diolah sesuai standar supaya lindi yang disalurkan ke lingkungan sudah memenuhi baku mutu dan tidak mencemari lingkungan.
Kemudian Menambahkan variabel dampak terhadap lingkungan di dalam perhitungan KDN yang dituangkan dalam Perjanjian Kerjasama Penyelenggaraan Sistem Pengelolaan Persampahan Regional Di Wilayah Kabupaten Bantul, Kabupaten Sleman, dan Kota Yogyakarta.
Selain itu saran lain yang disampaikannya adalah Menghitung biaya Instalasi Pengolahan Lindi (IPL) dan memasukkan ke dalam perhitungan tarif retribusi di wilayah Kabupaten Bantul, Kabupaten Sleman, Dan Kota Yogyakarta.
“Pengelolaan sampah harus menggunakan metode terbaik yaitu sanitary landfill dan dikelola oleh perusahaan daerah yang bersifat independen sehingga terpisah antara regulator dan operator,” pungkasnya.