TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Kekeringan mulai melanda sejumlah wilayah di Jateng. Hal tersebut sesuai prediksi BMKG, di mana puncak musim kemarau terjadi di akhir Juli dan awal Agustus.
Bahkan Pemprov Jateng mencatat ada 30 kabupaten kota yang menetapkan status siaga darurat kekeringan.
Kota Semarang satu di antara puluhan daerah di Jateng yang juga terdampak kekeringan.
Hal tersebut membuat warga di tiga kecamatan kesulitan mencari air bersih untuk kebutuhan sehari-hari.
BPBD juga telah memetakan wilayah terdampak kekeringan di Kota Semarang yaitu di Rowosari Kecamatan Tembalang, Wonoplumbon Kecamatan Mijen dan Cepoko Kecamatan Gunung Pati.
Dari pemetaan tersebut droping air juga dilakukan secara periodik untuk membantu masyarakat di beberapa kecamatan.
Seperti yang dilakukan di Kecamatan Tembalang tepatnya di Rowosari, di mana droping air bersih dilakukan setiap pekan.
Hal tersebut membuat masyarakat di Rowosari mengantre untuk mendapatkan air bersih.
Ember hingga galon juga ditata oleh warga saat droping air bersih dilakukan di Rowosari.
Menurut Sugiarto Anggota BPBD Kota Semarang yang bertugas mengawal droping air bersih di Rowosari, empat sampai 5 tangki bisa distribusi setiap pekannya di salah satu lokasi terdampak kekeringan.
Distribusi air bersih yang dilakukan dikatakannya juga menjadi program BPBD, lantaran beberapa wilayah di Kota Semarang menjadi langganan kekeringan setiap tahun.
"Untuk droping sendiri biasanya permintaan dari masyarakat melalui RT,RW, kelurahan hingga kecamatan dan ditindaklanjuti oleh BPBD bersama PDAM," katanya, Sabtu (10/8/2024).
Adapun Maftuhah satu di antara warga Rowosari yang ikut mengantre air bersih mengaku, wilayahnya menjadi langganan kekeringan setiap tahun.
Kondisi kesulitan air di Rowosari bahkan dikatakan perempuan ramah itu sudah terjadi sejak ia kecil.
Hal tersebut membuat masyarakat susah payah mencari air bersih, tak jarang warga Rowosari mencari air bersih hingga wilayah lain.
"Kalau kekeringan tahun ini sudah kami rasakan dua bulan lalu, beruntung kami dibantu melalui distribusi air bersih," terangnya.
Pemprov Jateng juga mengakui kekeringan terus meluas, dari 35 kabupaten kota hanya 5 daerah yang tidak berstatus siaga darurat kekeringan.
Dijelaskan Pj Gubernur Jateng Nana Sudjana, droping air juga terus dilakukan bersama Pemda kabupaten kota di wilayah terdampak kekeringan.
Ia mencatat sejak akhir Juli droping air bersih dilakukan di 25 kecamatan dan 33 desa di kabupaten kota yang ada di Jateng.
"Total penerima droping air bersih mencapai 26.725 jiwa di 10 kabupaten kota," imbuhnya.
828 Ribu Liter Air Bersih Didistribusikan ke Masyarakat
BPBD Provinsi Jateng mencatat total air bersih yang telah didistribusikan ke sejumlah daerah saat musim kemarau 2024 mencapai 828 ribu liter lebih.
Ratusan ribu liter air bersih tersebut telah disalurkan ke wilayah terdampak kekeringan sejak Mei hingga akhir Juli lalu.
Dikatakan Kepala BPBD Provinsi Jateng Bergas Catursasi Penanggungan, wilayah terdampak cukup besar ada di Kota Semarang, Klaten, Cilacap, Pati, Banyumas, Blora, Grobogan dan Temanggung.
Ia berujar untuk membantu masyarakat, penyaluran air bersih dilakukan oleh Pemprov Jateng beserta sejumlah pihak.
Ia merinci distribusi air bersih terbanyak dilakukan di Kabupaten Klaten dan Cilacap.
"Untuk Klaten mencapai 660 ribu liter dan Kabupaten Cilacap 95 ribu liter," katanya.(*)