Berita Viral

Malam Setelah Membunuh Gadis Penjual Gorengan Indra Gelisah, di Punggungnya Masih Ada Bekas Cakaran

Editor: muslimah
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Pengakuan Pembunuh Gadis Penjual Gorengan, Misteri Nia Terkubur Tanpa Busana Terkuak (Kolase Tribun Bogor/Tribun Padang)

TRIBUNJATENG.COM - Pemerkosadan pembunuh NKS gadis penjual gorengan di Padang Pariaman telah menjalani rekonstruksi.

Terungkap bagaimana pelaku yakni Indra Septiarman melakukan perbuatannya.

Untuk menghilangkan jejak, Indra menguburkan NKS dengan cangkul yang ia dapatkan di sebuah pondok.

Menurut Heru, keponakan Indra, rekonstruksi pembunuhan gadis penjual gorengan itu dilakukan di Polres Padang Pariaman.

Baca juga: Curhat Terakhir Wanita yang Jasadnya Ditemukan di Lemari ke Temannya, Polisi Periksa Para Saksi

Ia menjelaskan, reka ulang itu tak dilakukan di lokasi untuk menghindari kerumunan warga.

Sebab menurutnya, tidak mungkin rekonstruksi dilakukan di TKP mengingat kemarahan warga terhadap Indra Septiarman.

Sebagai keponakan, Heru tak menyangka pamannya itu sampai membunuh NKS (18).

"Saya gak nyangka, sampai dibunuh. Kalau diperkosa saja terus sudah ditinggal masih mungkin," kata Heru dikutip dari Youtube Cecep Channel, Jumat (27/9/2024).

Heru bahkan sempat tidur di kedai tempat ia bekerja, bersama Indra di malam kejadian.

Malam itu Heru melihat postingan di media sosial soal berita kehilangan NKS.

Ia pun sempat bertanya kepada Indra Septiarman soal postingan itu, namun dijawab tak tahu.

"Tapi di sisi dia tidur itu, dia gelisah, bangun, tidur, bangun, tidur," kata Heru lagi.

Heru pun sempat curiga karena melihat ada bekas cakaran di punggung sang paman.

"Soalnya di punggung ada bekas cakaran 3, satu-satu," jelasnya.

Heru yang sempat diduga ikut membunuh NKS pun jadi saksi di Polres Padang Pariaman.

Ia bahkan ikut membantu polisi mencari keberadaan Indra Septiarman.

Saat penangkapan Indra, Heru juga ada di dalam mobil polisi.

Saat di kantor polisi, Heru secara tak sengaja mendengar rekonstruki pembunuhan gadis penjual gorengan itu.

"Di dalam aula, saya kebetulan mau buang air kecil di samping aula, tidak sengaja dengar," kata Heru.

Dalam rekonstruksi itu, kata Heru, penyidik menyediakan boneka yang diduga jadi pengganti korban NKS.

"Indra ngejelasin, dia sendiri, dia bunuhnya kayak mana, dia bawa korban kayak gimana, dia praktekin semua," ungkapnya.

Menurut Heru, Indra menyeret tubuh korban NKS seorang diri dalam kondisi hujan deras.

"Dia seret boneka, dia mukulin korban masih hidup, terus jasad disembunyikan di semak-semak," jelas Heru.

Kemudian lanjut Heru, Indra masuk ke dalam pondok milik warga sekitar untuk mencari cangkul.

"Dia cari cangkul ke dalam pondok, terus dikuburin," tuturnya.

Menurut pengakuan Indra yang didengar Heru, tidak benar kabar yang menyatakan kalau ia meminjam cangkul ke warga.

"Indra dapat cangkul di dalam pondok katanya," lanjut Heru.

Heru pun meminta pamannya itu agar dihukum mati.

"Kalau saya, daripada dianiaya kayak gitu lebih baik dihukum mati saja," ungkapnya.

Meski memiliki rasa iba melihat kondisi Indra sekarang, sebagai keluarga Heru mendukung agar pelaku diberikan hukuman setimpal.

"Kan keluarga saya, rasa iba ada. Tapi hukuman harus tetap dijalani. Lebih baik dihukum mati daripada dianiaya, udah gak kayak dia. Dihukum mati atau dihukum seberat-beratnya," tandas Heru.

Kapolres Padang Pariaman AKBP Ahmad Faisol Amir, mengatakan, ada dua barang bukti baru yang ditemukan.

Barang bukti itu berupa pacul yang digunakan oleh tersangka dan celana yang digunakan korban saat hari kejadian.

"Kedua barang bukti ini kami amankan, kemarin (Minggu). Sesuai dengan keterangan yang diberikan tersangka," ujarnya.

Kapolres menyebut, barang bukti pacul diamankan pihaknya berjarak 400 meter dari lokasi tersangka menguburkan korban tanpa busana.

Cangkul tersebut, menurut keterangan tersangka ia gunakan untuk menggali lubang sebelum memakamkan korban.

"Cangkul ini kata tersangka ia dapati di sebuah pondok kosong sebelum memakamkan korban," ujarnya. (Tribunnews Bogor )

Berita Terkini