Pengembangan RME Berkelas Melalui Lesson Study Tingkatkan Kompetensi Numerasi dan Karakter Peserta
TRIBUNJATENG.COM - Program Pengembangan Realistic Mathematic Education (RME) melalui Lesson Study yang dilaksanakan di Kota Semarang berupaya meningkatkan kompetensi numerasi dan karakter siswa melalui pendekatan kontekstual yang relevan dengan kehidupan sehari-hari.
Program ini digagas oleh Tanoto Foundation bekerja sama dengan Dinas Pendidikan Kota Semarang dan melibatkan pelatihan serta pendampingan guru di 50 sekolah.
Ketua Tim Berkelas Pasca Perubahan 2.0 Tanoto Foundation, Tri Sugiyono, M.Pd, menjelaskan bahwa program ini fokus pada peningkatan literasi numerasi di Kota Semarang, sebuah kemampuan penting yang harus diterapkan dalam pembelajaran di kelas.
"Kami ingin menjadikan permasalahan-permasalahan nyata yang ada di kehidupan sehari-hari anak-anak itu menjadi materi yang diajarkan oleh guru," kata Tri Sugiyono.
Menurutnya, pendekatan RME membantu siswa untuk menyelesaikan permasalahan sehari-hari dengan menggunakan kecerdasan matematika, sehingga apa yang mereka pelajari di sekolah dapat langsung diterapkan dalam kehidupan mereka.
Salah satu alasan utama pengembangan RME ini adalah banyaknya sekolah di Semarang yang masih memiliki angka rendah dalam kemampuan numerasi.
Berdasarkan data dari rapor pendidikan, ada 173 sekolah dengan indikator numerasi berwarna oranye dan merah, menunjukkan bahwa sekitar 34 persen sekolah memerlukan pendampingan khusus untuk meningkatkan kemampuan numerasi siswa.
"Pendekatan RME ini sangat relevan karena mengajarkan siswa untuk menyelesaikan permasalahan praktis seperti perhitungan uang saku harian dan menabung untuk membeli barang. Misalnya, untuk membeli sepatu seharga Rp 150 ribu, jika siswa mendapat uang saku Rp 10 ribu sehari dan menabung Rp 5 ribu, berapa lama mereka harus menabung untuk mendapatkan sepatu tersebut? Melalui perhitungan ini, siswa belajar bernalar kritis dan bekerja sama dalam menyelesaikan masalah," lanjut Tri Sugiyono.
Pendekatan kolaboratif antar siswa dalam menyelesaikan masalah tidak hanya meningkatkan kemampuan berpikir kritis, tetapi juga mengembangkan keterampilan sosial mereka.
Diskusi kelompok yang aktif mendorong lingkungan belajar yang interaktif dan menyenangkan bagi siswa.
Selain itu, pendekatan ini tidak terbatas pada mata pelajaran matematika, tetapi juga diterapkan di pelajaran lain seperti Bahasa Indonesia dan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS).
Tri Sugiyono menekankan bahwa RME dapat meningkatkan literasi numerasi di berbagai mata pelajaran.
"Setiap bacaan dalam pelajaran Bahasa Indonesia, misalnya, mengandung data-data yang dapat meningkatkan numerasi siswa. Mereka belajar memahami grafik, diagram, dan data lain yang ada di dalam teks."
Program pengembangan RME ini terdiri dari beberapa tahap, mulai dari sosialisasi, pelatihan, hingga pendampingan bagi guru-guru di empat kecamatan.
Para guru dilatih untuk membuat perangkat pembelajaran berbasis RME yang meliputi modul ajar, bahan ajar, Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD), dan instrumen penilaian.
"Setelah pelatihan, guru-guru melakukan praktik micro teaching dan mendapat masukan dari instruktur kami untuk memaksimalkan pendekatan RME sebelum diimplementasikan di kelas," jelas Tri Sugiyono.
Proses pendampingan yang intensif ini membuat para guru benar-benar menguasai metode RME dan menerapkannya dengan baik di dalam kelas.
Hasil dari program ini akan dinilai melalui pretest dan posttest yang dilakukan pada bulan Oktober.
Target peningkatan kemampuan numerasi sebesar 20 persen diharapkan tercapai berkat komitmen para guru dan dukungan dari Tanoto Foundation.
"Program ini difokuskan di 50 sekolah yang benar-benar membutuhkan pendampingan, terutama di wilayah kecamatan yang berdekatan agar lebih mudah untuk memberikan dukungan intensif," tambah Tri Sugiyono.
Ia juga menyoroti respons positif dari para peserta pelatihan yang merasa bahwa pendampingan yang dilakukan sangat efektif.
Guru-guru tidak hanya diberi materi pelatihan, tetapi juga didampingi dalam proses pembuatan perangkat pembelajaran hingga implementasinya di kelas.
Dengan pendekatan RME yang berfokus pada kehidupan sehari-hari, siswa dapat lebih terlibat dalam proses pembelajaran dan mengembangkan daya nalar serta keterampilan untuk menghadapi tantangan masa depan.
Pembelajaran yang relevan dan kontekstual ini tidak hanya meningkatkan kemampuan numerasi siswa, tetapi juga membuat proses belajar menjadi lebih menyenangkan dan interaktif.
Metode RME Realistic Mathematics Education yang dikembangkan melalui program ini diharapkan dapat memberikan dampak yang signifikan terhadap kemampuan numerasi siswa di Semarang.
Pendekatan kontekstual dan kolaboratif yang diterapkan melalui RME membuat siswa lebih siap dalam menghadapi tantangan praktis yang mereka temui dalam kehidupan sehari-hari, serta meningkatkan keterlibatan mereka dalam proses pembelajaran.
"Semoga bisa menginspirasi teman-teman terutama bapak/ibu guru untuk mengadirkan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari. Anak-anak menyelesaikan permasalahan sehingga daya nalarnya bisa meningkat dan mereka bisa berhasil untuk menyelesaikan atau menghadapi tantangan hidup. Semoga bisa menjadi generasi sukses, generasi emas 2045," harap Tri Sugiyono.
Dengan dukungan penuh dari Dinas Pendidikan Kota Semarang dan Tanoto Foundation, program ini diharapkan dapat terus berkembang dan memberikan kontribusi positif bagi dunia pendidikan, khususnya dalam meningkatkan kualitas literasi numerasi di sekolah-sekolah di Semarang. (*)