TRIBUNJATENG.COM, BANTUL - Gemericik air di Sungai Siluk menjadi saksi perjalanan inspiratif Sekolah Sungai Siluk di Kalurahan Selopamioro, Bantul.
Dipimpin oleh Kuwat (46), Ketua Pengelola Sekolah Sungai Siluk, program bertajuk “Become Food Independent Through Homestead Farming Towards Zero Stunting” kini menjadi langkah nyata dalam memberantas stunting di wilayah tersebut.
Program ini, yang dijalankan bersama Srikandi Movement PT PLN (Persero) dan berbagai pemangku kepentingan, memanfaatkan lahan Sekolah Sungai Siluk untuk budidaya ikan lele, ayam petelur, dan tanaman seperti kangkung serta sawi.
Inovasi lain yang menjadi sorotan adalah budidaya maggot atau larva lalat tentara hitam, yang digunakan sebagai pakan tambahan untuk ternak lele dan ayam.
Kuwat menjelaskan, maggot memiliki kandungan protein 35–45 persen dan lemak 24–35 persen, yang sangat bergizi bagi ternak.
Selain mudah diproduksi, maggot dapat dipanen setiap hari dengan biaya murah, menjadikannya solusi berkelanjutan untuk meningkatkan produktivitas ternak.
“Hasil produksi ini kami jual dengan harga lebih rendah dari pasar untuk memenuhi kebutuhan gizi warga Kalurahan Selopamioro,” ujar Kuwat, Selasa (3/12/2024).
Program yang telah berjalan selama dua bulan terakhir ini berhasil memberikan dampak positif pada perekonomian dan kesehatan warga sekitar.
Kuwat berharap inisiatif ini dapat menginspirasi warga untuk memanfaatkan lahan sekitar rumah mereka untuk budidaya ternak dan tanaman pangan.
Sekolah Sungai Siluk tak hanya menjadi pusat eduwisata, tetapi juga mercusuar inspirasi bagi masyarakat.
Bantuan yang diberikan melalui PLN Peduli mencakup peralatan budidaya ternak, holtikultura, serta pelatihan budidaya yang bekerja sama dengan Yoso Farm.
General Manager PLN Unit Induk Distribusi (UID) Jawa Tengah dan D.I. Yogyakarta, Sugeng Widodo, menegaskan bahwa program ini selaras dengan visi pemerintah dalam menekan angka stunting.
“PLN hadir melalui Srikandi Movement dengan 4 pilar utama: Homestead Farming, Pemeriksaan Kesehatan, Program Community Feeding Center (CFC), dan Sosialisasi Hidup Sehat,” ujar Sugeng.
Hadir pula dalam acara seremonial penyerahan bantuan, Gusti Kanjeng Bendara Raden Ayu Adipati (GKBRAA) Paku Alam, yang menyampaikan apresiasi dan harapannya agar program ini terus diawasi dan berjalan efektif di masyarakat.
Dengan dukungan inovasi dan kolaborasi yang kuat, Sekolah Sungai Siluk diharapkan dapat menjadi model pengentasan stunting sekaligus meningkatkan kemandirian pangan di Bantul.
Program ini tak hanya memberi solusi jangka pendek, tetapi juga membangun masa depan yang lebih sehat dan mandiri bagi generasi mendatang.