TRIBUNJATENG.COM - Politeknik Harapan Bersama (Poltek Harber) menerima kunjungan dari Yayasan Bakti Mulya 400 Jakarta dalam rangka persiapan pendirian politeknik di bawah yayasan tersebut.
Kegiatan yang berlangsung pada Senin (24/2/2025) di Ruang Rapat Utama Poltek Harber ini Kegiatan menjadi wadah berbagi pengalaman dalam pengelolaan perguruan tinggi vokasi serta tantangan dan peluang yang dihadapi dalam dunia pendidikan politeknik.
Direktur Poltek Harber, Heru Nurcahyo, dalam sambutannya menyampaikan bahwa Poltek Harber terus berkembang sesuai dengan visi dan misinya untuk menjadi politeknik unggul.
"Kami selalu berkomitmen untuk meningkatkan kualitas pendidikan vokasi, baik dari segi akademik, fasilitas, maupun kerja sama dengan dunia industri. Semoga diskusi ini dapat memberikan wawasan yang bermanfaat bagi Yayasan Bakti Mulya 400 dalam merintis politeknik baru," ujarnya.
Dalam sesi diskusi, Deputi Ketua Pelaksana Harian Yayasan Bakti Mulya 400, Euis Tresna, mengajukan beberapa pertanyaan terkait strategi rekrutmen calon mahasiswa di tengah banyaknya perguruan tinggi di Tegal, serta struktur organisasi dan tata kelola (SOTK) yang dibutuhkan dalam politeknik. Selain itu, ia juga ingin mengetahui mekanisme penentuan biaya pendidikan agar tetap kompetitif dan berkelanjutan.
Menanggapi hal tersebut, Wakil Direktur IV Bidang Humas dan Kerjasama Poltek Harber, Ginanjar Wiro Sasmito, menyoroti pentingnya penguatan aspek vokasional dalam pendidikan politeknik, terutama dalam menyaring kebutuhan industri dan bonus demografi yang terjadi saat ini.
"Pendidikan vokasi harus lebih tajam dalam menunjukkan keunggulannya, baik dalam pembelajaran maupun penelitian dosen. Jika yayasan memiliki unit usaha yang dapat menyerap lulusan, maka daya tarik bagi calon mahasiswa akan semakin meningkat," jelasnya.
Ginanjar juga menekankan bahwa Teaching Factory (TeFa) dapat menjadi salah satu aspek penting dalam politeknik. Selain menjadi sarana pembelajaran bagi mahasiswa, konsep ini juga berpotensi menjadi sumber pendapatan bagi institusi.
Sementara itu, Husni Umar, selaku Ketua Tim Persiapan Pendirian Politeknik Yayasan Bakti Mulya 400, menekankan pentingnya membekali mahasiswa dengan keterampilan berwirausaha agar lulusan tidak hanya bergantung pada permintaan industri. Ia jugamempertanyakan sumber pendanaan lain selain dari mahasiswa yang bisa dimanfaatkan dalam pengelolaan politeknik.
Menanggapi hal ini, Direktur Poltek Harber menjelaskan bahwa pengelolaan perguruan tinggi harus memperhatikan berbagai faktor, termasuk pemenuhan hak dasar pegawai, pendanaan penelitian dan publikasi dosen, serta pengelolaan hibah untuk penelitian dan pengabdian masyarakat.
"Sistem informasi juga menjadi faktor penunjang dalam menentukan positioning perguruan tinggi, sehingga strategi pemasaran, fasilitas, dan segmen pasar yang dituju bisa lebih terarah," ungkapnya.
Selain itu, ia juga menyoroti pentingnya corporate identity yang kuat serta penyelenggaraan event di tingkat SMA/SMK untuk memperkenalkan kampus dan menarik minat calon mahasiswa.
Inovasi dalam setiap aspek kampus, baik dalam akademik, penelitian, maupun
event, menjadi faktor kunci dalam membangun daya saing politeknik.
Sebagai bagian dari penguatan internal, Poltek Harber juga mengadakan berbagai acara rutin bagi pegawai untuk membangun chemistry dan meningkatkan kolaborasi antar unit kerja.
Hal ini diharapkan dapat menciptakan lingkungan kerja yang harmonis dan produktif. Dengan adanya studi banding ini, Poltek Harber dan Yayasan Bakti Mulya 400 Jakarta berharap dapat terus menjalin komunikasi dan kerja sama dalam mengembangkan pendidikan vokasi yang berkualitas dan relevan dengan kebutuhan industri. (*)