TRIBUNJATENG.COM, PEKALONGAN - Dalam rangka memperingati Hari Jadi ke-119 Kota Pekalongan, Pemerintah Kota Pekalongan menggelar kegiatan keagamaan berupa istigosah kubro, khotmil qur’an, dan doa bersama.
Acara yang diselenggarakan, di halaman kantor Sekretariat Daerah Kota Pekalongan, Rabu (9/4/2025) ini berlangsung dengan khidmat dan penuh kekhusyukan.
Wali Kota Pekalongan Achmad Afzan Arslan Djunaid menyampaikan, bahwa usia 119 tahun bagi Kota Pekalongan merupakan usia yang mencerminkan kematangan, namun juga menjadi saat yang tepat untuk melakukan refleksi atas berbagai dinamika dan tantangan yang telah dihadapi.
"Kota Pekalongan telah berusia 119 tahun, sebuah usia yang mencerminkan kematangan."
"Namun, selama rentang waktu tersebut, kita juga menghadapi berbagai dinamika, tantangan, dan permasalahan yang kompleks," ungkapnya.
Ia menegaskan, bahwa tantangan pembangunan tidak mungkin dapat diselesaikan dalam satu periode kepemimpinan saja.
Selain itu, perlu kesinambungan, kebersamaan, dan kolaborasi dari berbagai pihak untuk mengatasi persoalan-persoalan tersebut.
"Tidak mungkin semua selesai dalam satu masa kepemimpinan. Setiap masalah yang selesai akan muncul tantangan baru."
"Namun, dengan kolaborasi dan kebersamaan, kami yakin semua permasalahan dapat diminimalisir dan diatasi secara bertahap," tegasnya.
Mas Aaf panggilan akrabnya Wali Kota Pekalongan juga turut menyoroti beberapa kegiatan khas masyarakat yang mencerminkan nilai gotong royong dan kekuatan kolaborasi, seperti festival balon tambat dan tradisi lopis raksasa dalam rangkaian Syawalan.
Menurutnya, kegiatan-kegiatan tersebut tidak hanya memiliki nilai budaya dan hiburan, tetapi juga menunjukkan kuatnya kerja sama antar elemen masyarakat.
"Festival balon bukan sekadar acara hiburan, tetapi prosesnya dari pembuatan hingga peluncuran melibatkan banyak pihak. Begitu pula dengan pembuatan lopis raksasa setinggi 2,35 meter, dengan berat 2 ton oleh masyarakat Krapyak. Semua tidak mungkin dilakukan tanpa kolaborasi dan kerja sama," ujarnya.
Selain itu, ia juga menyinggung isu strategis terkait pengelolaan sampah, yang menjadi tantangan tersendiri bagi Kota Pekalongan.
Ia menyadari bahwa perubahan sistem pengelolaan sampah tidak mudah, terutama di masa transisi, namun hal ini sangat diperlukan.
"Setiap orang menghasilkan rata-rata 0,4 kilogram sampah per hari. Bukan artinya kita melimpahkan atau membebankan kepada masyarakat, tetapi partisipasi aktif dari mereka sangat penting."