TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Sebagai bentuk upaya dalam pembinaan senam di Jawa Tengah, Wimilia Gymnastics kembali menggelar kompetisi tingkat nasional Wimilia Open 2025 yang berlangsung di Universitas Negeri Semarang Unnes, Kamis hingga Sabtu, 29 sampai 31 Mei 2025.
Event yang untuk kali kedua digelar tersebut menghadirkan sebanyak 222 peserta dari 25 klub dan Persatuan Senam Indonesia (Persani) dari sejumlah daerah.
Bertempat di Gedung Prof. Soegijono dan Gedung Prof. Kamiso, ajang ini menjadi wadah bergengsi bagi para pesenam muda terutama dari jenjang SD dan SMP untuk unjuk kemampuan dalam cabang Artistik, Ritmik, dan Aerobik Gimnastik.
Ketua Panitia Wimilia Open 2025, Elly Puji Kusumawati, menjelaskan bahwa kompetisi ini dirancang sebagai bagian dari proses pembinaan atlet secara berjenjang dan menyeluruh.
“Kalau latihan tanpa wadah untuk mengekspresikan diri, resiko untuk jenuhnya ada. Makanya kami buatkan kompetisi ini, dibagi sesuai usia agar peluang anak-anak mendapatkan penghargaan lebih besar,” ungkapnya, saat ditemui tribunjateng.com, Sabtu (31/5/2025).
Selain kategori berdasarkan usia, panitia juga membuka kategori Open Age, yaitu kelompok yang terbuka untuk semua usia sesuai kemampuan masing-masing. Ini ditujukan untuk mengakomodasi anak-anak yang baru memulai senam di usia yang lebih tinggi.
“Tujuan utamanya untuk pembibitan, supaya setiap lapisan jenjangnya itu ada. Tidak terpotong jauh dari generasi ke generasi. Ya kita siapkan lewat kompetisi lokal, nasional, hingga internasional,” tutup Elly.
Ketua Harian Pengprov Persani Jawa Tengah Tommy Soenyoto mengapresiasi ajang Wimilia Open 2025 yang menunjukkan tingginya antusiasme peserta.
Kegiatan berlangsung selama tiga hari. Hari pertama diisi dengan podium training, dilanjutkan kompetisi Artistik dan Ritmik pada hari Jumat, dan ditutup dengan kompetisi Artistik, Ritmik, serta Aerobik pada hari Sabtu.
Tommy Soenyoto, menyampaikan harapannya agar Wimilia Open dapat menjadi barometer penting dalam pengembangan olahraga senam di Indonesia.
“Harapan ke depan adalah Wimilia Open 2025 dapat menjadi salah satu tolok ukur untuk PB Persani terkait program pemassalan, pembibitan, dan pembinaan prestasi olahraga senam di Indonesia. Dan tentu di tahun ketiga nanti bisa meningkat menjadi even internasional,” ujarnya.
Tommy juga menekankan pentingnya memiliki sarana prasarana yang memadai untuk mendukung kemajuan olahraga senam di Jawa Tengah, khususnya di Semarang.
“Alangkah indahnya jika Kota Semarang yang menjadi barometer persenaman di Jawa Tengah ini, memiliki GOR khusus senam sendiri. Dan tadi sempat melakukan diskusi dengan Dispora Kota Semarang, terkait GOR khusus senam ini. Semoga, segera terwujud,” tambahnya.
Dibagian lain, kegiatan ini tak hanya memberikan pengalaman bertanding bagi para atlet, tetapi juga menjadi ajang pembelajaran karakter bagi anak-anak. Hal ini disampaikan oleh Ayuningtyas, salah satu orang tua peserta dari klub Jakritmik Jakarta.
“Ini kan kegiatannya positif, harapannya bisa mengembangkan apa yang menjadi minatnya dia. Kalau kalah menang itu urusan nanti. Untuk menang itu bonus. Yang penting nambah pengalaman dan jam terbang,” ujarnya.
Ia juga menekankan manfaat kompetisi dalam membentuk mental dan kemandirian anak, serta meningkatkan fokus yang berdampak positif pada kegiatan belajar di sekolah.
"Tentu sangat bagus dari sisi no akademik, bagaimana anak-anak bisa lebih mandiri dan percaya diri. Lewat kompetisi semacam ini, mental mereka bisa lebih terasah," terangnya. (*)