TRIBUNJATENG.COM, KAJEN - Menjelang peringatan Hari Bhayangkara ke-79, Polres Pekalongan menunjukkan kepeduliannya terhadap masyarakat dengan menyalurkan 1.000 paket sembako kepada warga yang membutuhkan.
Kegiatan bakti sosial ini dilaksanakan serentak di seluruh jajaran Polsek, sebagai bagian dari wujud nyata pelayanan dan pengabdian Polri kepada masyarakat.
"Alhamdulillah, hari ini kami menyalurkan bantuan sosial sebanyak 1.000 paket sembako kepada warga yang membutuhkan, seperti anak-anak yatim piatu dan masyarakat kurang mampu. Bantuan ini kami sebar merata di seluruh wilayah Kabupaten Pekalongan," ujar AKBP Doni saat membagikan langsung paket sembako di Desa Gandarum, Kecamatan Kajen, Selasa (24/6/2025).
Baca juga: Bazar Sembako Rp 50 Ribu Polres Pekalongan Ludes Diserbu Warga
Kapolres AKBP Doni menjelaskan, bahwa kegiatan ini merupakan bentuk kepedulian Polri terhadap kondisi sosial masyarakat, serta sebagai bentuk apresiasi terhadap warga yang telah mendukung tugas-tugas kepolisian.
"Melalui kegiatan ini, kami ingin menunjukkan bahwa Polri tidak bekerja sendiri. Ada banyak pihak yang ikut peduli dan siap membantu meringankan beban sesama," lanjut Kapolres.
Kemudian, AKBP Doni Prakoso, mengunjungi rumah seorang warga tuna netra bernama Kismanto di Dukuh Bandar Selatan, RT 01 RW 05, Desa Gandarum, Kecamatan Kajen dan memberikan bantuan tersebut.
AKBP Doni Prakoso meluangkan waktu untuk berbincang secara langsung dengan Kismanto, mendengarkan kisah hidupnya, hingga mencoba langsung layanan pijat yang menjadi sumber penghasilan sehari-hari bagi pria tuna netra tersebut.
"Pijatan beliau luar biasa. Dari tangan hingga kepala, rasanya sangat nyaman," katanya.
Kondisi rumah Kismanto memang memprihatinkan. Meski sudah termasuk penerima program Rumah Tidak Layak Huni (RTLH), bagian dalam rumah masih sangat sederhana.
Lantainya masih berupa tanah, kamar mandi belum layak digunakan, dan penerangan hanya berasal dari satu lampu redup.
Perabotan pun terbatas, hanya ada kursi dan meja kayu yang sudah mulai rapuh.
AKBP Doni Prakoso menyampaikan, bahwa kunjungannya merupakan bentuk kepedulian Polri terhadap masyarakat kecil yang membutuhkan perhatian.
Kismanto kehilangan penglihatannya sejak usia satu tahun, setelah mengalami demam tinggi.
Setiap hari, Kismanto bekerja sebagai tukang pijat panggilan. Ia menempuh pendidikan khusus tukang pijat tuna netra di Pemalang pada tahun 2003, dan menyelesaikannya pada 2007.
Setahun kemudian, ia mulai membuka jasa pijat. Hingga kini, sudah 17 tahun ia menjalani profesi itu dengan sepenuh hati.