Berita Semarang

Banyak Pasar di Kota Semarang Dinilai Sepi, DPRD: Sebegitu Tidak Menarikkah Pasar Tradisional Kita?

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

PASAR TRADISIONAL: Suasana Pasar Karangayu Semarang, Senin (8/11/2021). Keberadaan pasar tradisional di Kota Semarang dinilai kian terpinggirkan. (Tribun Jateng/Idayatul Rohmah)

TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Keberadaan pasar tradisional di Kota Semarang dinilai kian terpinggirkan.

Padahal, pasar-pasar ini memiliki potensi besar untuk dihidupkan kembali sebagai pusat interaksi ekonomi, sosial, budaya, sekaligus destinasi wisata kota.

Anggota Komisi C DPRD Kota Semarang, Dini Inayati, menyampaikan kritik dan dorongan tegas agar pemerintah kota mengubah pendekatan dalam menata pasar tradisional.

Baca juga: Ini Rata-rata Penghasilan Warga Kota Semarang, PDRB Tertinggi di Jateng

Dalam rapat Panitia Khusus (Pansus) pembahasan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD), Dini menekankan pentingnya mengintegrasikan pasar sebagai bagian dari ekosistem pariwisata dan ekonomi kota.

Dini mencontohkan keberhasilan Pasar Klewer di Solo dan Pasar Beringharjo di Yogyakarta yang mampu menjadi destinasi belanja sekaligus mendukung wisata budaya.

“Pasar Beringharjo punya paket wisata yang menyatu dengan kunjungan ke Keraton Yogyakarta.

Di Semarang, apakah kita bisa merancang hal serupa?

Bisa tidak Pasar Johar dipaketkan dengan wisata Kota Lama?

Kota Lama sudah ramai, tapi wisatawan jarang tertarik ke Pasar Johar. Mengapa?

Sebegitu tidak menarikkah pasar tradisional kita?” kata Dini, Rabu (2/7/2025).

Pada saat yang sama, Dini juga mengkritisi penggunaan istilah “pasar tradisional modern” dalam beberapa proyek pembangunan pasar.

Menurutnya, label “modern” tidak seharusnya berhenti pada tampilan fisik, melainkan harus menyentuh aspek fungsional dan pengalaman pengguna.

“Jangan sampai kita hanya membangun gedung pasar yang modern tapi tidak smart building.

Pedagang dan pembelinya tidak mau naik ke lantai dua, apalagi tiga.

Tidak ramah pengguna, tidak punya nilai estetika, tidak hemat energi.

Ujungnya pasar menjadi sepi pengunjung, seperti yang terjadi di banyak pasar tradisional Kota Semarang,” jelasnya.

Ia mendorong perlunya perencanaan ulang terhadap revitalisasi pasar tradisional.

“Saya minta agar ada optimasi dan rehabilitasi menyeluruh terhadap prosedur pengelolaan pasar tradisional.

Kita harus punya konsep yang jelas, pasar seperti apa yang ingin kita wujudkan agar benar-benar menjadi daya tarik bagi wisatawan,” ujarnya.

Seiring hal itu, Dini menyampaikan optimismenya terhadap pertumbuhan ekonomi Kota Semarang, khususnya di sektor perdagangan dan jasa.

Menurut Dini, sektor perdagangan dan jasa harus menjadi motor utama penggerak ekonomi kota.

Ia menekankan pentingnya menjadikan Kota Semarang lebih menarik bagi wisatawan domestik maupun mancanegara.

“Yang perlu kita pikirkan bukan hanya jumlah wisatawan yang datang ke Semarang, tapi bagaimana agar mereka tinggal lebih lama di Kota Semarang.

Dengan begitu, hotel-hotel akan bergeliat, ekonomi kreatif semakin tumbuh, dan perputaran uang semakin besar,” imbuhnya. (*)

Baca juga: Wali Kota Semarang Paparkan Keberhasilan Program Layanan PAUD di Konferensi Asia Pasifik

Berita Terkini