Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Ungaran

Lantunan Paritta Menggema: Momen Suci Kathina Saat Umat Buddha Melepas Harta di Vihara Gunung Kalong

Suara lantunan paritta suci bergema di Vihara Avalokitesvara Sri Kukus Redjo (Vihara Gunung Kalong) Kabupaten Semarang, Minggu (26/10/2025).

TRIBUN JATENG/REZA GUSTAV
SUJUD - Para umat Buddha bersujud di hadapan para bhante saat prosesi Kathina Sanghadana di altar Vihara Avalokitesvara Sri Kukus Redjo (Vihara Gunung Kalong), Kelurahan Susukan, Kecamatan Ungaran Timur, Kabupaten Semarang, Minggu (26/10/2025). Acara itu diisi dengan persembahan dana kepada Sangha serta lomba menghafal paritta suci bagi anak-anak untuk menanamkan ajaran Buddha sejak dini. 

TRIBUNJATENG.COM, UNGARAN — Suara lantunan paritta suci bergema di ruang utama Vihara Avalokitesvara Sri Kukus Redjo (Vihara Gunung Kalong) di Kelurahan Susukan, Kecamatan Ungaran Timur, Kabupaten Semarang, Minggu (26/10/2025). 

Sejak siang hingga sore, vihara berhiaskan warna merah dan kuning keemasan itu dipadati umat Buddha dari berbagai usia, dari anak-anak, remaja, hingga lanjut usia.

Mereka datang untuk merayakan Kathina Sanghadana, sekaligus menyaksikan lomba menghafal paritta suci yang menjadi daya tarik utama.

Baca juga: Semalam di Vihara Gunung Kalong Ungaran, Persinggahan Sunyi Biksu Thudong dan Doa Damai dari Bupati

Cahaya lilin menyinari altar vihara tersebut, memantulkan sinarnya pada rupang-rupang Buddha. 

Belasan bhikkhu duduk bersila dengan tenang di altar, memimpin doa dan meditasi bersama. 

Sementara itu, di sisi depan altar, anak-anak berseragam putih duduk, bersiap melantunkan paritta yang telah mereka hafalkan.

“Tahun ini yang spesial, kami adakan lomba menghafalkan paritta suci untuk anak-anak SD dan SMP di Kota dan Kabupaten Semarang

Tujuannya agar generasi muda lebih memahami ajaran Buddha, lebih mendalam lagi, dan bisa menyebarkan Dhamma kepada generasi berikutnya,” kata Ketua Yayasan TITD Sri Kukus Redjo, Tjoa Lie Lie.

Bagi anak-anak, lomba menghafal paritta bukan sekadar kompetisi. 

Hal itu merupakan latihan disiplin, konsentrasi, dan penghormatan terhadap ajaran Sang Buddha. 

Paritta, yang merupakan khotbah asli Sang Buddha dan tercatat dalam Kitab Suci Tipitaka Pali, dipercaya membawa ketenangan, perlindungan, serta kebahagiaan bagi mereka yang melafalkannya dengan tulus.

Beberapa peserta kecil tampak begitu khusyuk. 

Sebagian menutup mata sejenak sebelum mulai, ada pula yang menangkupkan tangan dengan mantap di dada. 

Prosesi Kathina Sanghadana

Acara itu juga mencakup prosesi Kathina Sanghadana, puncak dari perayaan Hari Kathina, yang berlangsung pada 8 Oktober hingga 5 November 2025.

Hari Kathina menandai berakhirnya masa vassa, yaitu masa retret selama tiga bulan di mana para bhikkhu berdiam di vihara untuk memperdalam meditasi dan Dhamma.

Rangkaian prosesi dimulai dengan Amisa Puja, persembahan bunga, air, dupa, dan lilin.

Para umat Buddha yang berpakaian putih berbaris rapi untuk melaksanakan Dana Sangha. 

Satu per satu mereka melangkah menuju altar, bersujud beberapa kali di hadapan para bhante, mempersembahkan dana, bantuan berupa makanan, obat-obatan, serta kebutuhan sehari-hari bagi para bhikkhu.

Cahaya lilin yang temaram berpadu dengan aroma dupa, menciptakan atmosfer spiritual yang damai. 

Di altar, para bhante memanjatkan doa dan menyampaikan wejangan Dhamma, tentang pentingnya berdana, melatih welas asih, serta menjaga kebersihan hati dalam setiap perbuatan.

“Sanghadana ini adalah bentuk rasa terima kasih kami kepada para bhante yang telah menjalankan masa vassa dengan disiplin.

Baca juga: Peringati Hari Lahir Dewi Kwan Im, Vihara Gunung Kalong Ungaran Nyalakan 500 Pelita dan Bagi Takjil

Tahun ini kami dihadiri 14 bhikkhu dari berbagai vihara, termasuk dari Vihara Mahabodhi Seroja dan ada yang dari Gunungpati,” imbuh Tjoa Lie Lie.

Kathina Sanghadana merupakan satu di antara momen paling suci dalam tradisi umat Buddha. 

Melalui persembahan dana kepada Sangha, umat tidak hanya menunaikan rasa syukur atas Dhamma yang telah diajarkan, tetapi juga berlatih untuk mengikis kemelekatan terhadap harta benda, mengembangkan sifat welas asih, dan memperkuat tali kebersamaan. (*)

Sumber: Tribun Jateng
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved