Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Internasional

132 Orang Tewas dalam Penggerebekan Narkoba, Brasil Jadi Sorotan Dunia

Hingga Rabu (29/10/2025), kroban tewas mencapai 132 orang tewas, termasuk empat anggota polisi, dalam operasi tersebut.

SHUTTERSTOCK
ILUSTRASI JENAZAH: Brasil melakukan penggerebekan besar-besaran di dua kawasan padat di Rio de Janeiro. Targetnya adalah kelompok kriminal Comando Vermelho. Ratusan korban berjatuhan. (SHUTTERSTOCK) 

TRIBUNJATENG.COM, RIO DE JANEIRO - Brasil melakukan penggerebekan besar-besaran di dua kawasan padat di Rio de Janeiro.

Targetnya adalah kelompok kriminal Comando Vermelho.

Ratusan korban berjatuhan.

Baca juga: Kisah Cinta dari China, Berawal Wanita Pasang Iklan Cari Pria Sekarat yang Mau Menikah dengannya

Hal itu membuat Brasil menjadi sorotan dunia.

Hingga Rabu (29/10/2025), kroban tewas mencapai 132 orang tewas, termasuk empat anggota polisi, dalam operasi tersebut.

Namun, pemerintah federal mengaku tidak diberi tahu sebelumnya tentang penggerebekan yang kini menuai kecaman luas di dalam maupun luar negeri.

Kronologi penggerebekan narkoba di Brasil

Operasi yang dinamai Operation Containment itu dilancarkan pada Selasa (28/10/2025) pagi oleh sekitar 2.500 aparat bersenjata berat, dibantu kendaraan lapis baja, helikopter, dan drone.

Target mereka adalah Comando Vermelho atau Red Command—kelompok kriminal tertua dan terkuat di Rio yang kini menguasai sekitar 20 persen wilayah metropolitan kota tersebut.

Polisi menyerbu dua kompleks favela besar, Alemao dan Penha, yang selama ini menjadi basis utama kelompok tersebut.

Gubernur Negara Bagian Rio de Janeiro, Claudio Castro, mengataka,n operasi ini telah disiapkan selama dua bulan dan “berdasarkan penyelidikan mendalam.”

Namun, bentrokan sengit segera pecah.

Warga menggambarkan suasana di hari itu “seperti perang”, dengan baku tembak di jalanan sempit dan bus yang dibakar untuk dijadikan barikade.

“Inilah cara polisi Rio diperlakukan oleh para penjahat: dengan bom yang dijatuhkan dari drone,” kata Castro.

“Ini bukan kejahatan biasa, tapi narco-terorisme,” imbuhnya.

Menurut otoritas, 113 orang ditangkap, termasuk 10 remaja, dan 91 senapan laras panjang disita.

Polisi juga mengaku menemukan “jumlah besar narkoba,” meski tanpa rincian jenis atau beratnya.

Korban dan dugaan pelanggaran

Jumlah korban tewas menjadi sorotan utama.

Kantor pembela publik, yang memberi bantuan hukum bagi warga miskin, mencatat 132 korban jiwa—angka yang jauh di atas laporan resmi pemerintah negara bagian.

Beberapa jam setelah operasi, puluhan jenazah dibawa warga ke sebuah lapangan di kawasan Penha sebagai bentuk protes atas kekerasan tersebut.

Gubernur Castro sempat menanggapi skeptis angka itu.

“Pekerjaan forensik masih berlangsung. Angka resmi yang saya terima adalah 58, tapi itu pasti akan berubah,” ujarnya.

Ia juga membela tindakan aparatnya dengan mengatakan, “Pertempuran terjadi di area hutan, bukan di permukiman padat. Jadi saya tidak percaya ada orang yang sekadar jalan-jalan di sana di hari bentrokan.”

Namun, sejumlah penduduk menuduh polisi melakukan eksekusi di tempat, dan kantor kejaksaan federal meminta Castro menjelaskan detail operasi untuk menentukan apakah aparat bertindak sesuai hukum.

Reaksi pemerintah dan dunia internasional

Pemerintah federal Brasil mengaku tidak dilibatkan dalam perencanaan operasi ini.

Menteri Kehakiman Ricardo Lewandowski menegaskan bahwa operasi itu dilakukan “tanpa sepengetahuan pemerintah pusat.”

Presiden Luiz Inacio Lula da Silva disebut “terkejut” saat mendengar jumlah korban yang sangat besar.

Bahkan sebelum jumlah korban naik menjadi 132, Kantor Hak Asasi Manusia PBB telah menyatakan “ngeri” atas operasi tersebut.

Dalam pernyataannya, badan PBB itu mendesak agar investigasi menyeluruh dilakukan terhadap dugaan pelanggaran oleh aparat keamanan Brasil.

Lula sendiri sempat menuai kritik beberapa hari sebelumnya, ketika dalam lawatannya ke Indonesia ia menyebut bahwa para pengedar narkoba “juga korban dari para pengguna.”

Pernyataan itu kemudian ia klarifikasi di platform X (Twitter), dengan menulis bahwa kalimatnya “kurang tepat” dan menegaskan bahwa pemerintahannya “tetap tegas memerangi narkotrafik dan kejahatan terorganisasi.”

Pertanyaan yang belum terjawab

Hingga kini, identitas para korban belum diumumkan.

Tidak jelas pula apakah mereka termasuk dalam daftar tersangka yang dicari berdasarkan surat perintah pengadilan.

Media Brasil melaporkan bahwa salah satu yang ditangkap adalah Thiago do Nascimento Mendes, tangan kanan dari pemimpin lokal Comando Vermelho, Edgard Alves de Andrade, yang berhasil melarikan diri.

Sementara itu, Menteri Keamanan Publik Rio, Victor Santos, menyebut operasi berlangsung di wilayah yang dihuni sekitar 280.000 orang.

“Ini adalah perang yang sedang kita saksikan di Rio de Janeiro,” katanya.

“Puluhan tahun kelalaian oleh semua lembaga—dari kota, negara bagian, hingga federal—telah membiarkan kejahatan tumbuh di wilayah kita,” tandasnya. (*)

 

Sumber: https://www.kompas.com/global/read/2025/10/30/070341770/kronologi-penggerebekan-narkoba-mematikan-di-brasil-132-orang-tewas?page=all#page2.

Baca juga: Ibu Dua Anak Asal Indonesia Dibunuh Suami di Kamar Hotel Singapura, BPOM Ucapkan Belasungkawa

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved