Berita Brebes
Banjir Rendam Enam Desa di Brebes, Warga Keluhkan Sungai Dangkal dan Tanggul Rusak
Sebanyak enam desa di Kecamatan Larangan, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah, terendam banjir.
Penulis: Wahyu Nur Kholik | Editor: M Zainal Arifin
TRIBUNJATENG.COM, BREBES – Sebanyak enam desa di Kecamatan Larangan, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah, terendam banjir, Rabu (12/11/2025).
Banjir tersebut menyusul hujan yang terjadi sejak Selasa (11/11/2025) sore hingga malam.
Enam desa tersebut meliputi Desa Slatri, Sitanggal, Rengaspendawa, Karangbale, Kedungbokor, dan Siandong.
Dari keenam desa itu, Desa Siandong menjadi wilayah yang terdampak paling parah, dengan sekitar 2.000 rumah warga terendam banjir setinggi lutut orang dewasa.
Tidak hanya rumah, sejumlah tempat ibadah seperti musala dan sekolah juga turut tergenang air.
Pantauan di lokasi, sejumlah titik jalan di Desa Siandong masih tergenang air dengan ketinggian mencapai lutut orang dewasa.
Tak sedikit, pengendara sepeda motor yang mogok lantaran nekat menerjang tingginya banjir.
Bahkan, warga membantu mendorong kendaraan yang mogok saat melintasi genangan air tersebut.
Ismail pengendara yang melintas menyebut, tidak mengetahiu jika ruas jalan larangan banjir.
Ia memilih menerjang banjir dari pada harus memutar arah yang lebih jauh.
"Saya kira tadi aman nerjang banjir, ternyata dalam juga. Akhirnya motor mogok," katanya.
Camat Larangan Eni Listiana mengatakan, enam desa di wilayahnya terdampak banjir.
Meski begitu, kondisinya berangsur surut.
"Paling parah memang di Desa Siandong. Ada 2000 rumah terendam banjir," ujarnya, Rabu (12/11/2025) saat mendampingi kunjungan Plh. Bupati Brebes Wurja di Desa Siandong.
Baca juga: Banjir Bandang Terjang Brebes Selatan, Tiga Warga Tewas dan Ratusan Rumah Terendam
Sementara itu, Rien (48), warga Desa Siandong, mengatakan bahwa banjir semacam ini hampir terjadi setiap tahun, terutama saat curah hujan tinggi di wilayah selatan Brebes.
"Airnya datang cepat banget dari arah selatan. Baru hujan dua jam, langsung masuk ke pekarangan," ungkapnya.
Menurut Rien, air banjir datang dari aliran sungai kecil yang berhulu di wilayah Kamal, Pamulihan, hingga Sirampog.
Kini, menurutnya, kawasan tersebut banyak dibuka menjadi lahan pertanian, menggantikan hutan yang dulunya rimbun.
"Sekarang gunung atas sana gundul. Air hujan langsung ngucur ke bawah, gak ada yang nahan," katanya.
Selain faktor kiriman air dari wilayah atas, warga juga menyoroti saluran air di desa yang dangkal dan jarang dinormalisasi.
Banyak drainase yang tersumbat lumpur dan sampah, sehingga air tidak bisa cepat mengalir ke sungai utama.
"Udah lama gak dikeruk. Dulu katanya mau dibenerin, tapi gak jadi-jadi," keluhnya.
Baca juga: Polres Brebes Salurkan Air Bersih ke Korban Banjir Bandang di Bumiayu
Ia menyebut, beberapa titik tanggul sungai kecil di sisi barat desa juga diketahui mengalami kerusakan sejak banjir tahun lalu.
Namun hingga saat ini, tanggul tersebut belum mendapatkan perbaikan.
"Mereka berharap pemerintah segera melakukan normalisasi sungai dan perbaikan tanggul agar banjir tidak terus berulang setiap musim hujan. (*)
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/jateng/foto/bank/originals/20251112_Banjir-di-Larangan-Brebes.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.