Berita Jepara
Festival To’dok Telok, Ka'dok dan Sokko Meriahkan Maulid Nabi di Desa Kemujan Karimunjawa Jepara
Merayakan Maulid Nabi Muhammad SAW, warga Desa Kemujan, Kecamatan Karimunjawan, Kabupaten Jepara, melaksanakan Festival To’dok Telok.
Penulis: Tito Isna Utama | Editor: muh radlis
TRIBUNJATENG.COM, JEPARA - Merayakan Maulid Nabi Muhammad SAW, warga Desa Kemujan, Kecamatan Karimunjawan, Kabupaten Jepara, melaksanakan Festival To’dok Telok.
Festival yang dilakukan rutin setiap tahunnya pada 12 Robi’ul Awwal 1447 H yang jatuh pada Jumat, 5 September 2025.
Perayaan tahun ini di pusatkan Dukuh Telaga, Desa Kemujan, Kecamatan Karimunjawan.
Dalam perayaan ini setiap warga masyarakat di seluruh Desa Kemujan yang beragama muslim biasanya pada pagi hari akan melakukan kegiatan di Musala masing - masing untuk memanjatkan doa.
Setiap masyarakat saat hendak datang ke musala biasanya membawa telur yang ditusuk bambu dan dihias dengan bunga kertas atau biasanya disebut To'dok Telok.
Selain itu, masyarakat juga telah menyiapkan Ka'dok, dan Sokko atau berupa ketan dicampur rempah - rempah dan daging ayam dibungkus daun pisang yang nantinya dibagikan ke masyarakat.
Satu di antara tokoh masyarakat Desa Kemujan, Bambang Zakariya mengatakan jika kegiatan itu memang sudah dilakukan setiap tahunnya di Desa Kemujan.
"Kegiatan perayaan memperingati Maulid Nabi.Jadi cara kami membawa beberapa tusuk telur dihiasi dikasih bunga di bawa ke masjid masing - masing," ucapnya.
Ia menjelaskan jika To’dok Telok, Ka'dok, dan Sokko memiliki filosofi yang cukup mendalam.
To'dok Telok atau telur tusuk bambu, itu melambangkan telur sebagai dunia dan bambu sebagai agama.
Sementara Ka'dok dan Sokko yang dilambangkan sebagai manusia.
"Tusukan bambu melambangkan jalan ke akhirat atau agama atau keimanan.Telur itu duniawi.Lamba keimanan di tusukan ke duniawi, setelah itu tusukan ini ditusuk ke kado minyak atau (Ka'dok, dan Sokko) lagi diusuhakan kena daging.Agama di masuk di tusukan ke hatinya.Jadi ketika mengambil tusukan pasti duniamu ikut," ucapnya.
Menurutnya jika kegiatan itu sebagai wujud keseimbangan manusia dengan kenyakinannya.
"Telur dibawa jadi dunia saja yang kamu bawa akhiratnya tidak," jelasnya.
Ia menjelaskan jika kebiasaan ini sudah dilakukan sejak dulu, oleh kaum Bugis dari Sulawesi untuk menyebarkan agama di kepulauan Karimunjawa.
| Dua Warga Banyuputih Tewas Tersetrum Saat Turunkan Tanah dari Truk di Kalinyamatan Jepara |
|
|---|
| DPRD Jepara Dorong Penguatan Bagi Penyandang Disabilitas, Fokus Aksesibilitas dan Pemberdayaan |
|
|---|
| Keling Dibidik Jadi Destinasi Ekowisata, Program Bupati Ngantor di Desa Tahap II Resmi Dimulai |
|
|---|
| Abrasi Kian Parah, Puluhan Hektar Lahan di Bondo Hilang, Pemkab Jepara Turun Tangan |
|
|---|
| Pemkab Jepara Dorong Gerakan Literasi Digital: Cetak Generasi Muda Tangguh Hadapi Era Disrupsi |
|
|---|

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.