Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Tribunjateng Hari ini

Pasar Johar Layak Destinasi Wisata Berkonsep One Stop Experience, Yogi Berharap Ada Galeri Sejarah  

Upaya menjadikan Pasar Johar sebagai destinasi wisata sejarah dan kuliner dinilai masih kurang maksimal.

Penulis: Moh Anhar | Editor: galih permadi
Tribunjateng/bramkusuma
Jateng Hari Ini Minggu 28 September 2025 

TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG – Upaya menjadikan Pasar Johar sebagai destinasi wisata sejarah dan kuliner dinilai masih kurang maksimal. 

Menurut Yogi Fajri, pemerhati sejarah sekaligus seorang pengelola tur Bersukaria Walk mengatakan, keberagaman menu kuliner khas Semarang di Johar perlu lebih diperkuat agar wisatawan bisa merasakan pengalaman utuh.

“Pasar Johar ini kan ikon kota, tapi kalau hanya jualan seperti pasar biasa, wisatawannya nggak akan merasa ada bedanya. Kuliner khas seperti es gempol, bandeng presto, atau soto Semarang seharusnya makin ditonjolkan. Itu yang membuat Johar hidup dan beda,” kata Yogi, Sabtu (27/09/2025).

Menurutnya, kuliner itu pusaka non-ragawi. 

"Dengan menyajikan hidangan-hidangan khas Semarang di Johar, wisatawan bisa merasakan one-stop experience: belanja, makan, sekaligus belajar sejarah,” ujar Yogi.

Yogi menilai peran komunitas sejarah dan walking tour sangat penting dalam menjaga narasi Johar.

Para pemandu tur, sebutnya, adalah pihak yang secara rutin membawa wisatawan untuk singgah di pasar bersejarah itu. 

“Kalau komunitas jalan kakinya semakin dikenal dan aktif, otomatis kunjungan ke Johar juga meningkat,” ujarnya.

Dari perspektif tur jalan kaki, Yogi menilai hampir seluruh bagian Johar layak dijadikan titik singgah.

Setiap lorong menyimpan lapisan cerita dari geliat perdagangan, jejak arsitektur kolonial, hingga kehidupan sosial warga. 

Agar tidak hanya jadi pasar belanja, ia mendorong adanya galeri sejarah atau bahkan museum mini di dalam kawasan Johar.

“Bayangkan kalau pengunjung bisa belanja sekalian belajar sejarah Johar lewat pameran artefak. Itu akan jadi pengalaman yang utuh,” ucapnya.

Baca juga: Pasar Johar Sepi, Komisi B DPRD Kota Semarang Dorong Digitalisasi dan Integrasi Wisata Kota Lama

Strategi Branding 
Untuk strategi branding, Yogi menekankan perlunya pembeda yang jelas antara Pasar Johar dan pasar tradisional lain.

Ia mencontohkan, adanya sudut yang menghadirkan jasa unik, seperti tukang reparasi jam kuno, penjual cenderamata khas Semarang, atau lapak busana tradisional.

“Kalau ada spot-spot ikonik begitu, Johar akan lebih mudah dikenang wisatawan, baik domestik maupun mancanegara,” tuturnya.

Soal masa depan, Yogi tidak menutup mata. Ia mengingatkan jika pengelolaan dan branding Johar tidak segera dibenahi, pasar yang dulu jadi pusat denyut nadi Semarang bisa kembali sepi. 

“Kalau nggak segera ditata, Johar bisa saja kosong lagi dan terbengkalai. Padahal dalam lima sampai sepuluh tahun ke depan, Johar berpotensi jadi magnet wisata sejarah dan kuliner Semarang," pungkasnya. 

Yogi menambahkan, Pasar Johar punya posisi penting dalam perkembangan wisata Kota Semarang. 

Menurutnya, Johar bukan sekadar pasar belanja, melainkan simbol tata ruang kota yang terbentuk sejak era kolonial.

“Pasar Johar adalah pasar centraal. Dulu ia satu paket dengan Stasiun Sentral, layanan trem, hingga terminal bus utama yang jadi muara transportasi di Semarang. Dari semua infrastruktur itu, hanya Johar yang masih tersisa,” kata Yogi.

Ia menambahkan, nilai historis Pasar Johar juga terletak pada arsitekturnya.

Dirancang oleh Thomas Karsten pada 1930-an, pasar ini mengadopsi gaya tropis dengan kolom cendawan yang khas. 

Karsten bahkan berhasil meyakinkan dewan kotapraja untuk mengganti konstruksi kayu dengan beton sebagai keputusan visioner yang membuat struktur Johar tetap kokoh, meski sempat dilalap kebakaran hebat pada 2015.

“Karsten pernah mendesain pasar lain, seperti Randusari dan Jatingaleh. Tapi Johar ini yang paling monumental. Di Indonesia, ia salah satu pasar modern mula-mula,” jelas Yogi.

Lebih jauh, interaksi pedagang juga bisa menjadi bagian dari story telling.

Menurut Yogi, para pedagang sebaiknya ikut menyadari bahwa mereka berjualan di pasar bersejarah, sehingga bisa menghadirkan sesuatu yang unik dan atraktif.

“Pasar Johar adalah nadi kota. Ia bukan hanya ruang ekonomi, tapi juga ruang sosial yang penuh narasi. Inilah yang membuat Johar berbeda dari pasar bersejarah lain di Indonesia,” pungkasnya.

Di sisi lain, Yogi menyoroti kesemrawutan promosi menggunakan MMT (spanduk plastik) kios-kios yang justru mengganggu estetika bangunan kolonial tersebut.

“Perlu ada penyeragaman material promo. Kalau dibiarkan, kesan heritage-nya hilang karena tertutup baliho MMT warna-warni,” ucapnya. (Rezanda Akbar)


---------
 p to p
-Sebagai ikon kota, Pasar Johar layak untuk dikembankan sebagai destinasi wisata berkonsep one stop experience.
-Peran komunitas peminat sejarah dan walking tour sangat penting dalam menjaga narasi Johar sebagai bangunan cagar budaya yang melintasi masa dengan segala peristiwanya.
-Diperlukan penguatan branding yang menekankan perlunya pembeda yang jelas antara Pasar Johar dan pasar tradisional lain.
---------------------
Dok Bersukaria Tour

WALKING TOUR - Peminat kegiatan walking tour yang digagas Bersukaria Tour berkeliling di Pasar Johar, beberapa waktu lalu.

Sumber: Tribun Jateng
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved