Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Viral

Cerita Pendaki Dengar Suara Mendesah Pasangan Kekasih Sebelum Ditemukan Tewas Gancet di Tenda

Suara "horor" terdengar sebelum dua pendaki ditemukan tewas dalam kondisi gancet pada 2019 di sebuah Gunung di Jawa Barat.

|
Penulis: Raf | Editor: raka f pujangga
Tribun Jabar/Hakim Baihaqi
ILUSTRASI GUNUNG - Pada 2019, pendaki cerita penemuan pasangan kekasih tewas gancet di sebuah Gunung di Jawa Barat. Foto merupakan Gunung Ciremai - Pendakian Gunung Ciremai kembali dibuka. 

TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, JAWA BARAT - Suara "horor" terdengar terakhir kalinya sebelum dua pendaki ditemukan tewas dalam kondisi gancet pada 2019 di sebuah Gunung di Jawa Barat.

Gancet merupakan kondisi kematian saat sepasang pria dan wanita tersebut meninggal saat berhubungan.

Suara horor yang sempat didengar pendaki tewas itu adalah suara mendesah yang terdengar samar-samar.

Hingga kemudian pasangan kekasih berusia 18 tahun wanitanya dan sang pria berusia 19 tahun.

Baca juga: Apa Itu Gancet? Fenomena Langka Dialami Sepasang Pendaki di Gunung Sampai Tewas

Kisah Terlarang Ibu Bhayangkari NW Ngamar Bareng Dengan Anggota DPRD di Batu

Kesaksian Hilya Lihat Sepasang Pendaki Tewas Gancet di Gunung, Akhirnya Dipotong

"Tidak Sanggup" Pengakuan Rusli Setelah 15 Hari Nikahi Dua Wanita Sekaligus, Salah Satu Akan Dicerai

Kisah mengerikan itu terjadi di sebuah gunung di Jawa Barat pada 2019, ada sepasang kekasih alias sejoli yang ditemukan tewas gancet.

Keduanya ditemukan oleh pendaki lain saat berada di satu camp di puncak gunung tersebut.

Sejoli itu ditemukan tewas di dalam tenda.

Gancet merupakan kondisi langka saat alat kelamin pria terjepit di dalam alat kelamin wanita. 

Kondisi ini terjadi saat berhubungan suami istri.

Dikutip Tribunlampung.co.id dari TribunJateng.com, kisah ini diceritakan wanita bernama Hilya dalam podcast yang tayang di Youtube Denny Sumargo pada 16 Oktober 2025.

Saat itu, Hilya pergi mendaki di sebuah gunung bersama 4 temannya melalui jalur yang cukup ekstrem.

Ketika hendak menuju pos 4, Hilya bertemu dengan sepasang kekasih yang juga mendaki.

Sepasang kekasih itu berumur sekitar 18-19 tahun saat itu dan baru pertama mendaki.

Kondisi pendaki wanita sudah kelelahan dan menangis minta turun.

Namun pendaki pria tak mengabulkan permintaan kekasihnya.

"Nangis lagi dia di pos 4 itu, 'udah aku mau turun'. Kalau kemarin perempuannya 2001, cowoknya 2000," ucap Hilya.

"Mereka memang pacaran, belum ada kata nikah. Di pos 4 itu dia istirahat nangis lagi, aku tuh capek," ucap Hilya menirukan suara korban.

"Ya udah kak biarin aja, biar dia istirahat dulu," ucap Hilya menirukan suara si pendaki pria.

Bahkan korban sempat bertingkah aneh hingga pingsan saat di pos tersebut.

Hilya dan rekannya lalu mencoba menenangkan pendaki wanita itu.

Rombongan Hilya lalu melanjutkan perjalanan ke area camp di puncak.

Setelah beberapa saat, sepasang pendaki itu sampai di area camp di atas gunung bersama rombongan Hilya.

Mereka lalu mendirikan tenda di lokasi tersebut.

Sekitar pukul 23.00 WIB, rombongan Hilya mendengar suara desahan yang cukup samar.

Namun mereka tak mau ambil pusing.

"Jam 11an gue udah mau tidur, tapi temen samping gue ngomong gini. 'Eh lu denger sesuatu nggak, suara-suara'."

"Pas gue telaah, iya sih kayak gue denger, tapi gue nggak mau ngomong. Itu bukan suara horor tapi kayak suara desahan," ucap Hilya.

Paginya, Hilya sempat menuju puncak untuk melihat sunset.

Namun hingga siang, sepasang pendaki itu tak keluar dari tenda.

Hilya berinisiatif memberikan makanan ke tenda tersebut hingga ia menggoyang-goyangkan tenda.

Sampai akhirnya, Hilya dan temannya mengecek ke dalam tenda dan menemukan pasangan tersebut dalam kondisi meninggal.

"Bang-bang bangun udah siang, nggak ada respon, gue buka tendanya. Terus gue bingung, nih orang semalam berdua, ini kenapa sekarang sendiri. Posisinya 1 tumpukan doang, sleeping di atasnya, tapi tinggi. Orang 1 nggak mungkin, ini pasti dua. Itu masih ketutupan Sleeping Bag, terus ampe kak gue pegang, itu dia cuma, kaku, gue inisiatif gue buka."

"Gue kaget shock, ngeliat si cowok di bawah, ceweknya di atas, nggak pakai baju. Badannya uda mulai menghitam keunguan," papar Hilya.

"Matanya si cewek dan cowok melek, tapi urat matanya kayak udah keluar itu. Mereka melek, badannya keras, warnanya udah warna hitam biru ungu. Kaku." 

Setelah itu pihak ranger atau relawan menghubungi orang-orang basecamp untuk melakukan evakuasi.

"Orang basecamp bilang itu bukan kejadian beberapa kali." 

"Nggak bisa dilepas (kelaminnya) bang, pas evakuasi seperti itu. Posisi dia meninggal, mau dilepas nggak bisa karena badannya kaku. Di bawa turun ke bawah, ditutupin," ucap Hilya.

Bahkan kedua pendaki itu masih dalam kondisi menempel saat dibawa ke rumah sakit.

"Niatnya dilepas di rumah sakit, sekalian diautopsi. Gue dibawa ke rumah sakit juga, besoknya baru dikasi tahu pihak rumah sakit (hasil autopsi)."

"Dari secara medis memang ada pembengkakan karena kemaluan perempuan kram. Karena posisi laki-lakinya di bawah, cewek di atas, ketika kemaluan kram dan laki-laki posisi di dalam itu tidak bisa melepas karena posisinya tidak bisa melepas," papar Hilya.

"Karena punya wanita kram, dan posisi laki-laki di dalam, kek nyamber kesetrum ke badan laki-lakinya, di rekam medis nggak lepas karena kemaluan laki-laki ikut kram karena si perempuannya. terus sampe rumah sakit pun nggak bisa lepas."

Baca juga: Kesaksian Hilya Lihat Sepasang Pendaki Tewas Gancet di Gunung, Akhirnya Dipotong

"Itu dipotong, kemaluan laki-lakinya. Kenapa nggak bisa lepas itu nggak dikasih tahu, kabarnya itu dipotong, di kemaluan wanitanya ada kemaluan laki-lakinya," ucap Hilya.

Kasus ini pun sampai ke kepolisian.

Sedangkan rekaman video dari HP teman Hilya sudah diamankan oleh polisi dan dihapus dari handphone perekam. (*)

 

Artikel ini telah tayang di TribunLampung.co.id dengan judul Mengerikan! Sejoli Tewas Gancet Saat Mendaki Gunung di Jawa Barat, hingga Dipotong

Sumber: Tribun Jateng
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved