Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Semarang

Wakil Ketua DPRD Kota Semarang: Ekonomi Kreatif Punya Irama Sendiri, Butuh Dorongan Lebih

Dyah Tunjung Pudyawati, Wakil Ketua DPRD Kota Semarang, bercerita panjang soal geliat ekonomi kreatif di kotanya

Penulis: Rezanda Akbar D | Editor: muh radlis
TRIBUNJATENG/Rezanda Akbar
MENJELASKAN - Wakil Ketua DPRD Kota Semarang Dyah Tunjung Pudyawati saat menjadi pembicara dalam diskusi bertema “Ekonomi Kreatif dan Inovasi Lokal: Motor Baru Pertumbuhan Kota Semarang”, Rabu (12/11/2025)./TRIBUNJATENG/REZANDA AKBAR D. 

TRIBUNJATENG.COM, SEMARANGDyah Tunjung Pudyawati, Wakil Ketua DPRD Kota Semarang, bercerita panjang soal geliat ekonomi kreatif di kotanya, hal itu dia katakan saat menjadi pembicara dengan tema Ekonomi Kreatif dan Inovasi Lokal: Motor Baru Pertumbuhan Kota Semarang, Rabu (12/11/2025)


“Potensinya luar biasa. Di Semarang, yang paling kuat itu kuliner. Lalu hiburan, kriya, dan fashion,” katanya, membuka percakapan.


Dyah melihat Semarang memiliki karakter ekonomi yang unik. 


Kota ini tak bergerak secepat kota besar lain, tapi justru punya ritme sendiri, hal ini disebabkan daya beli di Kota Semarang yang tak sekuat kota-kota besar di Indonesia 


“Kalau di kota lain sesuatu sudah happening, di sini biasanya dua sampai tiga tahun kemudian baru ramai. Tapi itu bukan kekurangan, dan malah jadi peluang. Pengusaha di Semarang bisa bersiap lebih awal,” tuturnya.

Baca juga: PUKAT Academy Akan Diluncurkan di Semarang, Bangkitkan Bisnis yang Bermoral dan Bermakna


Menurutnya, kunci bertahannya pelaku ekonomi kreatif di tengah daya beli yang menurun ada pada strategi promosi dan kreativitas.


“Marketing harus kuat. Pemerintah juga sudah bantu lewat pelatihan, permodalan, dan pendampingan. Dinas Koperasi dan UMKM ini sudah luar biasa memfasilitasi dari hulu ke hilir,” ujarnya.


Dyah mencontohkan geliat bisnis kopi yang sedang ramai di kota ini, dengan memanfaatkan kearifan lokal di Kota Semarang.


Seperti di Blok GM (Gajahmada) pada Minggu pagi sebagai tempat berkumpulnya komunitas mobil klasik, hal tersebut juga bisa menjadi peluang baru pelaku UMKM untuk berjualan para pengunjung.


Atau seperti di Kopi Pekojan, yang memanfaatkan atmosfer kota tua sebagai latar belakang berkumpulnya anak-anak skena untuk berbagi cerita.


“Lihat saja Kopi Pekojan atau Blok GM di Gajah Mada. Anak-anak muda di sana mulai dari modal kecil, tapi pengunjungnya ramai. Kalau di Pekojan dari sore mereka sudah buka sampai malam makin padat,” ucapnya.


Dari potensi itu, ia berharap pemerintah bisa memberi ruang lebih besar bagi pelaku usaha seperti itu.


“Harusnya difasilitasi dan dibuatkan regulasi yang berpihak, supaya tidak cuma ramai semusim saja. Kalau bisa berkelanjutan, Semarang bakal makin hidup,” kata Dyah.


Sementara itu, dari sisi eksekutif, Mohammad Waluyo Sejati, Kepala Bidang Pemberdayaan Usaha Mikro Dinas Koperasi dan UMKM Kota Semarang, mengamini bahwa sektor kuliner memang jadi penggerak utama roda ekonomi kreatif.


“Pelaku usaha mikro di Semarang ini sudah luar biasa. Setiap event besar, seperti Festival Wayang Semesta atau Lawang Sewu Short Film Festival, kami ajak mereka ikut serta. Produk mereka laku keras, kuliner, kriya, semuanya,” ujarnya.

Sumber: Tribun Jateng
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved