Tribunjateng Hari ini
Polisi Ungkap Korban Sakit, Namun Keluarga Temukan Sejumlah Kejanggalan dalam Kematian Dosen Untag
Kepolisian mengungkap kematian dosen muda di Universitas 17 Agustus 1945 Semarang (Untag) berinisial DLL (35) disebabkan karena sakit.
Penulis: Moh Anhar | Editor: M Zainal Arifin
TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Kepolisian mengungkap kematian dosen muda di Universitas 17 Agustus 1945 Semarang (Untag) berinisial DLL (35) disebabkan karena sakit.
Dugaan ini muncul karena korban sempat berobat ke RS Telogorejo Semarang dua hari berturut-turut sebelum meninggal dunia.
Kapolsek Gajahmungkur AKP Nasoir, menyebutkan, hasil rekam medis terakhir korban di rumah sakit tersebut tercatat tensi darahnya sekitar 190 milimeter air raksa dan gula darah 600 miligram per desiliter.
Korban hanya menjalani rawat jalan selepas memeriksakan ke dokter.
"Jadi diduga korban meninggal dunia karena sakit. Tim Inafis Polrestabes Semarang juga tidak menemukan tanda-tanda kekerasan di tubuh korban," ujarnya.
Terkait hubungan korban dengan polisi berpangkat AKBP B, Nasoir membenarkannya. Namun, ia enggan menjelaskannya lebih detail hubungan mereka.
"Bisa langsung tanya ke Propam," bebernya.
Terpisah, kerabat korban mengungkap dosen Untag Semarang berinisial DLL (35) ternyata satu kartu keluarga (KK) dengan polisi berinisial B berpangkat AKBP. Fakta ini diketahui keluarga korban selepas kematian DLL.
"Korban satu KK dengan saksi pertama (AKBP B), katanya sebagai saudara. Kecurigaan ini muncul ketika adik saya menanyakan alamat korban dengan saksi pertama, kok sama, ternyata mereka tercatat dalam satu KK. Korban dimasukkan ke KK sebagai saudara," kata kerabat korban,
Tiwi saat dihubungi TribunJateng.com, Selasa (18/11/2025).
Tiwi mengaku, kaget atas keterkaitan antar korban dan saksi pertama. Sejauh yang ia tahu, korban tak pernah menceritakan sosok polisi tersebut.
"Kami baru tahu tadi siang (Selasa, 18 November 2025), hubungan korban dan saksi pertama, infonya agar korban bisa pindah KTP Semarang maka masuk KK-nya saksi pertama," bebernya.
Namun, keluarga korban juga bertanya-tanya mengapa polisi tersebut tak muncul di rumah sakit ketika jenazah korban hendak dilakukan autopsi.
"Kalau namanya saudara harusnya hadir karena sebagai saudara harusnya hadir, tapi sampai sore dia (polisi) itu tidak datang," terangnya.
Keluarga korban menilai penyebab kematian korban ada beberapa kejanggalan, di antaranya informasi kematian korban yang berjarak cukup jauh.
Korban ditemukan meninggal dunia pada Senin (17/11) pagi sekitar pukul 05.30 WIB, tapi keluarga baru menerima informasi kematian korban pada Senin petang.
Korban juga ditemukan dalam kondisi telanjang dan telentang begitu saja di lantai keramik, tanpa alas apapun.
Keluarga korban yang menerima foto itu lantas curiga atas kematian korban yang ditemukan dalam kondisi tersebut.
Pada bagian lain, wajah korban dalam foto tersebut juga sangat berbeda dengan kondisi semasa hidup. "Informasinya keluar darah dari hidung dan mulut korban.
Kemudian sekilas dari foto korban yang kami terima, ada bercak darah keluar dari bagian intim korban.
Nah ini yang masih membuat keluarga korban masih merasa janggal atas kematian ini," terang Tiwi.
Kendati merasa janggal atas kematian korban, keluarga korban sejauh ini masih menunggu keputusan keluarga besar untuk langkah hukum ke depannya.
"Sebenarnya keluarga sudah menggebu-gebu, tapi silahkan nanti keluarga terutama kakak kandung dari korban," ujar Tiwi.
Tiwi menyebut, korban dikenal sebagai sosok pendiam.
Ia mengungkap, korban sudah merantau bekerja di Kota Semarang selama empat tahun terakhir.
Korban yang merupakan warga asli Purwokerto merantau ke kota Semarang selepas ayah dan ibunya meninggal dunia.
"Korban masih sendiri (lajang), ia kuliah hingga jadi dosen tetap di Untag sekitar 2021-2022," ujarnya.
Selama di Semarang, korban sebenarnya tidak tinggal di kos-hotel tersebut. Korban memiliki kamar kos yang lokasinya memang tak jauh dari kostel tempat korban ditemukan meninggal dunia.
"Kabarnya korban sering keluar masuk kostel itu akhir-akhir ini," paparnya.
Menurut kerabat, korban juga tidak memiliki riwayat penyakit tertentu selama tinggal di kota Semarang. "Korban dari dulu kelihatan sehat tidak ada tanda-tanda sakit tertentu," beber Tiwi.
Sejauh ini keluarga korban belum bisa mengungkap hasil autopsi jenazah korban.
Menurut Tiwi, pihak keluarga yang menunggu proses tersebut di rumah sakit belum memberikan kabar, hingga Selasa (18/11) malam.
"Untuk hasil autopsi nanti kami kabari besok (Rabu, 19 November 2025)," terangnya. (Iwan Arifianto )
+++++
pullout
| Datu Nova Pemilik Baru PSIS Siap Lakukan Perombakan Besar-besaran |
|
|---|
| Lilik Keluhkan Antrean Truk Masuk TPA, DLH Kendal Akui Sarana Penataan TPA Darupono Terbatas |
|
|---|
| Pemkab Blora Akan Mediasi PT Pentawira dan Warga Jiken yang Demo |
|
|---|
| Dosen Muda Untag Meninggal Dunia di Hotel Gajahmungkur, Polisi Berpangkat AKBP Jadi Saksi Utama |
|
|---|
| Jasad Dani Ditemukan dalam Posisi Gendong Dua Anak di Longsor Majenang |
|
|---|
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/jateng/foto/bank/originals/Jateng-Hari-Ini-Rabu-19-November-2025.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.