Mahasiswa Magang
Mie Anglo Pabelan Warung Legendaris Setia Masak Pakai Arang
Warung ini dikenal bukan hanya karena rasanya yang khas, tetapi juga karena cara memasaknya yang masih menggunakan arang
Mie Anglo Pabelan Warung Legendaris Setia Masak Pakai Arang
TRIBUNJATENG.COM, SUKOHARJO - Di tengah padatnya kawasan Pabelan, Kartasura, Kabupaten Sukoharjo, ada satu warung dengan menu sederhana yang tetap bertahan di tengah gempuran kuliner modern Mie Anglo. Warung ini dikenal bukan hanya karena rasanya yang khas, tetapi juga karena cara memasaknya yang masih menggunakan arang kayu di atas anglo tradisional.
Warung ini berdiri sejak tahun 1975, dirintis oleh pasangan suami istri yang kini usahanya diteruskan oleh anaknya. Dari awal berdiri hingga sekarang, Mie Anglo telah menjadi bagian dari sejarah kuliner Solo dan sekitarnya. Selama lebih dari 15 tahun terakhir, warung ini menempati lokasi tetap di kawasan Pabelan yang ramai dengan aktivitas mahasiswa dan pekerja.
Menurut juru masak Mie Anglo, resep dan teknik memasak warung ini diwariskan langsung dari orang tua pemilik pertama. “Dulu yang mulai itu bapak dan ibunya Bu Bos. Sekarang kami teruskan dengan cara yang sama,” ujar juru masak yang sudah bekerja di warung tersebut lebih dari satu dekade.
Nama “Mie Anglo” ternyata bukan sekadar nama menarik yang mudah diingat. Nama itu berasal dari alat masak utama mereka, yakni anglo, tungku dari tanah liat yang dipanaskan dengan arang. “Iya, karena memang masaknya pakai anglo. Itu yang bikin beda,” tutur sang juru masak.
Meski teknologi memasak kini semakin canggih, Mie Anglo tetap mempertahankan cara tradisional. Bagi mereka, memasak dengan arang bukan hanya soal tradisional, tapi juga soal rasa dan aroma yang tak bisa ditiru oleh kompor gas. “Pakai arang itu baunya enak, mas. Aromanya khas, rasanya juga beda,” jelas juru masak yang malam harinya bertugas di dapur.
Proses memasak mie Anglo ini terbilang cepat. Satu porsi mie godog bisa disajikan dalam waktu tiga sampai empat menit. Sementara itu, mie goreng membutuhkan waktu sedikit lebih lama, sekitar lima hingga enam menit.
Kelezatan Mie Anglo tak hanya datang dari cara memasak tradisionalnya, tapi juga dari bumbu khas racikan sendiri yang tidak dijual di pasaran. “Bumbunya bikinan juragan sendiri, karyawan nggak bikin,” ujar juru masak sambil menunjukkan wadah berisi bumbu rahasia yang disimpan rapi di dapur kecil warung itu.
Menu yang paling diminati pelanggan hingga kini adalah mie goreng dan mie nyemek, dua hidangan khas Jawa yang disajikan dengan rasa gurih dan manis itu. Namun, seiring waktu, Mie Anglo juga menambah beberapa menu baru seperti nasi goreng dan selat Solo atas permintaan pelanggan yang ingin menu lain.
Meski terkesan sederhana, warung ini sempat menjadi perbincangan di media sosial karena pernah dikunjungi oleh keluarga Presiden. Namun, juru masak memilih untuk tidak banyak berkomentar soal hal tersebut.
Setiap akhir pekan, terutama pada Sabtu dan Minggu malam, warung ini selalu ramai dipenuhi pelanggan. Suasana dapur yang hangat dan aroma arang yang khas membuat pengunjung betah menunggu pesanannya. “Kalau Sabtu-Minggu malam, biasanya penuh terus,” kata juru masak.
Kritik dan saran dari pelanggan tetap diterima dengan terbuka. Ada yang mengeluhkan asap arang yang kadang menyesakkan, namun warung ini tetap mempertahankan cara memasak tradisionalnya. “Kalau ada yang minta dimasak pakai gas juga bisa, tapi tetap kami utamakan arang,” ujar juru masak.
Menariknya, pelanggan bisa memesan menu sesuai selera. Ada yang minta tanpa ayam, tanpa telur, atau hanya mie saja. “Pokoknya permintaan pembeli seperti apa pun bisa kami ikuti,” ujar juru masak yang sudah hafal dengan selera pelanggan warung tersebut.
Dapur Mie Anglo dijalankan oleh dua koki yang bekerja dalam dua shift berbeda yaitu pagi dan malam. “Saya bagian malam, yang pagi namanya Dhe Sumi dari Boyolali,” kata juru masak itu. Mereka sudah bekerja bersama selama puluhan tahun dan menjadi penjaga utama cita rasa warung Mie Anglo tersebut. (Raihan Naufal Ma’ruf Abdallah/Mahasiswa UIN RMS Solo Magang Jurnalistik Tribunjateng.com)
| Sudah 20 Tahun Sunarno Jualan Donat Keliling untuk Sekolahkan Tiga Anaknya |
|
|---|
| Menikmati Keindahan Alam dan Petualangan di Tubing Muslim Karanganyar |
|
|---|
| Ramainya Street Food Wisata Kuliner Malam Hari di Pasar Klewer |
|
|---|
| Mengintip Resep Bolu Gulung dan Hantaran di Toko Roti Sajiyem |
|
|---|
| Sosis Bedug Baluran Telur Gurih di Pengging Menggoda Selera |
|
|---|

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.