Wonosobo Hebat

Di Balik Tembok Asrama Sekolah Rakyat Wonosobo, Kisah Siswa Rela Tak Pulang Demi Meraih Masa Depan

Tribun Jateng/Imah Masitoh
SEKOLAH RAKYAT - Suasana di Sekolah Rakyat Menengah Atas (SRMA) 35 Wonosobo, Selasa (23/9/2025). Usai berjalan satu bulan lebih, masa transisi siswa mulai menunjukkan kestabilan. Saat jam istirahat siswa memilih bermain di halaman sekolah ataupun bercengkrama dengan teman. 

TRIBUNJATENG.COM, WONOSOBO - Cuaca Wonosobo akhir-akhir ini tidak seperti biasanya.

Hujan yang biasanya turun berganti panas terik yang menyengat. 

Tapi siang tadi, Selasa (23/9/2025), halaman paving Sekolah Rakyat Menengah Atas (SRMA) 35 Wonosobo justru penuh suara tawa.

Bel tanda istirahat baru saja berbunyi, siswa keluar kelas. Bukan menuju kantin karena memang tak ada kantin di sini, melainkan menyebar ke berbagai sudut halaman. 

Baca juga: Setelah Satu Bulan Berjalan, Siswa Sekolah Rakyat 35 Wonosobo  Mulai Stabil Jalani Sekolah Berasrama

Sebagian duduk mengobrol sambil menyantap snack sederhana yang dibagikan sekolah, sebagian lagi memilih bermain bola plastik.

“Nggak ada kantin, jadi ya kalau istirahat main bola atau ngobrol saja,” kata Aditiya, siswa kelas X saat ditemui di sela-sela bermain bola.

Fasilitas di SRMA 35 Wonosobo masih terbatas. Sekolah ini masih dalam tahap rintisan. Tapi justru dalam keterbatasan itu, para siswa belajar bertahan untuk masa depannya.

Di sekolah ini, semua siswa tinggal di asrama. Mereka bangun pukul 04.00 pagi dan baru tidur pukul 21.00 malam. 

Setiap hari dimulai dengan salat subuh, apel, senam, lalu pelajaran di kelas.

Siang diisi salat dan makan, sore hingga malam dipenuhi kegiatan tambahan seperti kajian, diskusi, atau sekadar bermain musik bersama.

“Senang, ngga bosan sih, soalnya banyak kegiatan. Jadi rame terus.

20250923_Sekolah Rakyat Menengah Atas (SRMA) 35 Wonosobo_2
SEKOLAH RAKYAT - Suasana di Sekolah Rakyat Menengah Atas (SRMA) 35 Wonosobo, Selasa (23/9/2025). Usai berjalan satu bulan lebih, masa transisi siswa mulai menunjukkan kestabilan. Saat jam istirahat siswa memilih bermain di halaman sekolah ataupun bercengkrama dengan teman.

Yang paling ditunggu-tunggu ya waktu main musik gitar,” ujar Aditiya.

Sudah sebulan Aditiya tinggal di SRMA 35 Wonosobo tanpa pulang. Meski rindu rumah, ia mulai merasa betah. 

Rutinitas padat dan kebersamaan di asrama perlahan menjadi ritme hidup yang ia terima dan menjalani tanpa beban demi masa depannya.

“Pengin jadi pramugara yang sukses nanti,” ujarnya singkat.

Menurut Kepala SRMA 35 Wonosobo, Anik Wulandari Permana, sistem asrama dan jadwal padat ini dirancang bukan hanya untuk pendidikan akademik, tapi juga pembentukan karakter siswa.

“Kami ingin anak-anak tumbuh sebagai pribadi yang mandiri, bertanggung jawab, dan tahan banting. 

Hidup di asrama dan mengikuti jadwal ketat itu bagian dari latihan hidup bersama,” jelasnya.

Fokus sekolah rakyat ini bukan pada angka di rapor, tapi pada proses menjadi manusia yang utuh.

“Fokus kami bukan hanya nilai rapor, tapi bagaimana anak-anak ini tumbuh jadi manusia utuh. 

Mereka diajak berpikir kritis, belajar mengenali diri sendiri, dan peka terhadap lingkungan sosialnya,” tambah Anik.

Anik menyebut, karena masih bersifat rintisan, beberapa fasilitas belum tersedia secara optimal. 

Baca juga: Polres Wonosobo Kini Punya Tim SAR Bantu Penanganan Bencana, Miliki 33 Personel Internal

Sejumlah perangkat seperti komputer, peralatan IPA, dan dapur masih dalam proses dropping dari Kementerian.

SRMA 35 Wonosobo memang bukan sekolah biasa. Tidak menjanjikan fasilitas mewah atau kemudahan hidup. 

Tapi dari tempat sederhana ini, kebutuhan dasar siswa terjamin. Para siswa belajar hidup, mengenali diri, dan menyiapkan masa depan yang cerah. (ima)