Wonosobo Hebat
Longsor Putus Jalur ke Dieng via Watumalang, DPUPR Wonosobo Lakukan Penanganan Darurat
TRIBUNJATENG.COM, WONOSOBO - Pemerintah Kabupaten Wonosobo melalui Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) menanggapi kejadian longsor di wilayah Kalidesel, Watumalang.
Sebelumnya bahu jalan alternatif menuju kawasan wisata Dieng melalui Kecamatan Watumalang, tepatnya di Dusun Lamuk, Desa Kalidesel mengalami longsor pada Rabu (17/9/2025).
Akibat kejadian tersebut, menyebabkan akses jalan terputus sepanjang 26 meter dengan tinggi longsoran mencapai 8 meter. Selain itu, retakan jalan sejauh 15 meter turut memperparah kondisi
Kepala Dinas PUPR, Nurudin Ardiyanto, menyebut bahwa longsor tersebut disebabkan oleh tekanan air yang cukup tinggi.
Baca juga: Longsor Tutup Jalan Alternatif Dieng via Watumalang Wonosobo, Kendaraan Besar Belum Bisa Melintas
“Terkait longsor di Kalidesel ini yang terakhir karena bencana. Itu longsor karena tekanan air,” ujarnya, Kamis (25/9/2025).
Sebagai langkah awal, pihaknya telah menugaskan tim dari bidang Bina Marga untuk mengidentifikasi secara menyeluruh.
“Jangan hanya akibatnya saja tetapi penyebabnya apa. Perbaiki dulu masalahnya,” lanjutnya.
Ia menyebut, dengan keterbatasan anggaran, penanganan dilakukan secara efisien dan efektif.
Untuk saat ini, fokus masih pada penanganan darurat, termasuk stabilisasi lereng yang berdekatan dengan pemukiman.
“Kami berupaya untuk melakukan penanganan darurat dulu. Sekali lagi, keterbatasan anggaran ini membuat kami menggunakan strategi penanganan yang efisien dan efektif,” jelasnya.
Penanganan lereng dilakukan menggunakan teknologi sederhana seperti cerucuk bambu, karung, dan sistem terasering.
Langkah ini juga melibatkan masyarakat, mulai dari pemilihan lahan hingga pengadaan tanah urugan dari lokasi rawan longsor.
Untuk efisiensi, pihaknya mempertimbangkan penggunaan bambu jenis tertentu yang lebih kuat, seperti bambu ampel. Hal ini dianggap lebih praktis dibandingkan penggunaan material konvensional seperti semen untuk sementara waktu.
Estimasi kebutuhan anggaran untuk penanganan total mencapai Rp900 juta. Namun, realisasi kegiatan masih menunggu kepastian dana tak terduga.
“Dengan kebutuhan yang ada, kemarin dihitung sekitar Rp900 juta. Posisi, kita harus matur dulu terkait ketersediaan anggaran dana tak terduga apakah masih ada,” ujarnya.
Jika dana tersedia, penanganan akan segera dilakukan secara permanen. Namun bila belum ada, maka penanganan darurat akan terus dimaksimalkan.
Terkait kondisi warga, hingga saat ini belum ada pengungsian. Namun, mengingat lokasi longsor dekat dengan permukiman, percepatan penanganan lereng menjadi prioritas. (ima)
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/jateng/foto/bank/originals/20250918_lonsor.jpg)