Wonosobo Hebat

Dua Telur Sehari hingga Screening TB: Strategi Dinkes Tekan Stunting Wonosobo

TRIBUNJATENG/Imah Masitoh
STUNTING WONOSOBO - Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Wonosobo, Jaelan Sulat, menyampaikan berbagai upaya terus dilakukan dalam penurunan angka stunting di Wonosobo seperti pemberian dua telur sehari hingga screening TB bagi balita stunting. 

TRIBUNJATENG.COM, WONOSOBO - Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Wonosobo, Jaelan Sulat, menyampaikan bahwa keberhasilan penanganan stunting tidak bisa dilepaskan dari konsistensi intervensi yang dilakukan secara menyeluruh. 


Menurutnya, pendekatan yang dilakukan bukan semata-mata pada perbaikan gizi saat anak sudah terdeteksi stunting, melainkan dimulai jauh sebelum itu.


Program intervensi yang dijalankan meliputi pemberian makanan tambahan tinggi protein, penanganan anemia, hingga penguatan edukasi gizi sejak remaja putri.

Semua itu dilakukan sebagai bagian dari upaya menyasar akar persoalan gizi kronis.


“Kita sih menerima hasil apapun (rilis data stunting), yang penting kan kondisi realnya kita," ujar Jaelan.


Sejak beberapa tahun terakhir, Pemerintah Kabupaten Wonosobo menunjukkan komitmen kuat dalam menangani stunting.

Pada tahun 2024, Wonosobo bahkan menerima Dana Insentif Fiskal dari pemerintah pusat atas keberhasilan dalam menangani stunting dan kemiskinan.


Pada tahun yang sama, Wonosobo juga berhasil meraih juara 1 nasional sebagai kabupaten/kota terbaik dalam implementasi audit kasus stunting.


Jaelan menjelaskan bahwa keberhasilan ini tidak lepas dari berbagai program konkret yang dijalankan di lapangan.

Di antaranya adalah pemberian dua butir telur per hari untuk anak-anak yang berisiko stunting, suplementasi zat besi dan zinc untuk anak-anak dan ibu hamil, serta screening dan pengobatan penyakit penyerta seperti TBC, pneumonia, dan anemia.


Tak hanya itu, edukasi gizi dan distribusi tablet tambah darah juga rutin dilakukan kepada remaja putri melalui program Aksi Bergizi.


Jaelan mengingatkan bahwa angka stunting di Wonosobo masih berada cukup jauh dari target nasional, yaitu 14 persen pada tahun 2024.

Ia berharap semangat lintas sektor dalam menangani stunting tidak kendor, meski isu ini tak lagi menjadi program prioritas nasional.


“Saya berharap dengan angka kita yang masih tinggi 23,9 persen tidak menurunkan kita tentang stunting.


 Yang saya takutkan isu stunting kan bukan masuk program prioritasnya Pak Presiden, jadi saya berharap tidak lantas ditinggal. Ini menyangkut masa depan anak-anak kita,” jelasnya.


Lebih lanjut, Jaelan menekankan bahwa pendekatan utama yang kini diperkuat adalah pencegahan sejak hulu.

Langkah ini mencakup edukasi gizi kepada remaja, persiapan calon pengantin, serta pemenuhan gizi pada ibu hamil dan balita.


“Dengan angka kita yang masih tinggi, kita jangan lengah. Karena ini menyangkut masa depan generasi,” tambahnya.


Bagi Jaelan, penurunan angka stunting bukan sekadar capaian statistik, tapi menjadi tolak ukur keberpihakan terhadap kualitas hidup generasi penerus.


Dengan strategi pencegahan yang dimulai sejak dini, kolaborasi lintas sektor, dan intervensi menyeluruh dari hulu ke hilir, Pemkab Wonosobo menjadikan penanganan stunting bukan sekadar program, melainkan gerakan berkelanjutan demi masa depan anak-anak Wonosobo. (ima)