Wonosobo Hebat

579 Siswa Disabilitas Terdata, Disdikpora Wonosobo Teguhkan Komitmen Pendidikan Inklusif

TRIBUN JATENG/IMAH MASITOH
SEKOLAH INKLUSIF - Kepala Disdikpora Kabupaten Wonosobo, Musofa. Disebutkannya, seluruh sekolah di Wonosobo, dari jenjang SD hingga SMP, wajib menerima siswa penyandang disabilitas atau menjadi sekolah inklusif. 

TRIBUNJATENG.COM, WONOSOBO - Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga (Disdikpora) Kabupaten Wonosobo menegaskan komitmennya dalam mewujudkan pendidikan inklusif. 

Kepala Disdikpora Kabupaten Wonosobo, Musofa mengatakan, seluruh sekolah di Wonosobo dari jenjang SD hingga SMP, wajib menerima siswa penyandang disabilitas.

“Kami beberapa tahun terakhir ini menekankan kepada semua sekolah untuk menjadi sekolah inklusif."

"Artinya, tidak boleh sekolah itu menolak siswa yang penyandang disabilitas,” kata Musofa, Minggu (12/10/2025).

Baca juga: Disdikpora Wonosobo Bentuk Tim, Dalami Dugaan Kekerasan hingga Tewaskan Siswa SD di Kertek

Dia menyebut, jika ada peserta didik disabilitas, sekolah harus memberikan layanan yang sesuai. 

“Meskipun ada kendala, seperti ketersediaan guru, prosesnya terus berjalan,” lanjutnya.

Saat ini, tercatat ada 579 peserta didik disabilitas dari 229 satuan pendidikan yang melapor ke Disdikpora. Untuk menangani hal ini, Disdikpora telah membentuk Unit Layanan Disabilitas (ULD).

“Kami lakukan visitasi ke satuan pendidikan untuk mengidentifikasi jenis disabilitasnya, kemudian anak-anak ini kami bawa untuk tes psikologis,” terang Musofa.

Setelah identifikasi dan asesmen dilakukan, barulah dilakukan treatment kepada peserta didik. 

Namun sebelumnya, guru-guru juga diberikan pelatihan khusus sesuai jenis disabilitas yang dihadapi siswa.

Setidaknya 476 guru dari berbagai jenjang pendidikan telah mengikuti pelatihan intensif.

Hanya sekolah yang memiliki peserta didik disabilitas yang menjadi prioritas dalam pelatihan guru, mengingat keterbatasan sumber daya.

“Pelatihan ini kami lakukan setiap tahun, bekerja sama dengan perguruan tinggi,” ujarnya.

Disdikpora juga tengah memperbaiki fasilitas sekolah agar ramah bagi siswa disabilitas, terutama bagi anak-anak yang menggunakan kursi roda. 

Setiap bangunan sekolah baru kini dirancang dengan aksesibilitas sebagai syarat utama.

Baca juga: Dorong Ekonomi Kreatif, Bupati Wonosobo Ajak Pelaku Batik Terus Berinovasi

Selain itu, bantuan dari pihak ketiga juga turut memperkuat layanan. Disdikpora menggandeng Geodipa dan Bank Jateng untuk pengadaan alat bantu disabilitas.

“Alhamdulillah mereka memberikan bantuan lewat CSR, untuk alat seperti kacamata, tongkat netra, kruk, hingga sepatu dan tas,” ujar Musofa.

Menurut Musofa, pola pikir bahwa anak disabilitas hanya bisa bersekolah di Sekolah Luar Biasa (SLB) harus diubah.

Dia menilai bahwa anak-anak disabilitas justru harus berbaur dengan lingkungan umum.

“Di SLB itu anak-anak disabilitas ngumpul semua. Padahal di masyarakat, mereka hidup berdampingan dengan yang non disabilitas,” ujarnya.

Karena itu, konsep inklusi ini diharapkan bisa menyiapkan anak-anak menghadapi kehidupan nyata yang lebih heterogen. 

Sementara untuk kurikulum dan tes akademik, sekolah telah menyesuaikan dengan kondisi peserta didik. 

Ke depan pihaknya berharap agar tidak ada lagi keraguan dari masyarakat untuk menyekolahkan anak disabilitas ke sekolah umum.

Ia juga berharap, tenaga pendidik di Wonosobo lebih memahami peran besar mereka dalam memberikan kesempatan pendidikan yang setara bagi semua anak. (*)