Wonosobo Hebat
HKN 2025, Wonosobo Tingkatkan Kesehatan Masyarakat dan Layanan Medis Terintegrasi
TRIBUNJATENG.COM, WONOSOBO - Peringatan Hari Kesehatan Nasional (HKN) ke-61 yang jatuh pada 12 November 2025 di Kabupaten Wonosobo berlangsung berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Tak ada pawai atau pesta besar, namun semangat refleksi dan aksi nyata terasa di seluruh kegiatan. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Wonosobo, Jaelan, menegaskan bahwa tahun ini HKN dirancang lebih bermakna. “Tahun lalu kita sudah ramai-ramai, tahun ini kita lebih fokus membantu masyarakat,” ujarnya.
Kegiatan peringatan HKN dimulai sejak awal November melalui bakti sosial hingga tingkat desa. Semua tenaga medis lintas profesi dari dokter, perawat, fisioterapis, hingga psikolog turun langsung memberikan layanan kesehatan gratis.
Menurut Jaelan, layanan yang disediakan bahkan mencakup 11 jenis pelayanan, termasuk klinik kecantikan. “Antusias luar biasa, targetnya 300 orang, tapi yang datang jauh lebih banyak,” kata Jaelan. Selain itu, Dinas Kesehatan bersama panitia HKN menggalang dana untuk membantu lima rumah tidak layak huni (RTLH) di wilayah kelurahan. Masing-masing rumah menerima bantuan senilai Rp20 juta. “Walaupun hanya lima rumah, tapi itu bentuk kepedulian nyata. Puncak acara dilakukan dengan upacara di RSI Wonosobo,” ujarnya.
Bupati Wonosobo, Afif Nurhidayat, menegaskan bahwa pembangunan kesehatan tidak hanya melalui layanan medis, tetapi juga dengan memastikan lingkungan tempat tinggal masyarakat sehat dan layak huni. “Perbaikan Rumah Tidak Layak Huni (RTLH) menjadi salah satu fokus kami, karena rumah yang sehat adalah fondasi penting bagi tercapainya derajat kesehatan yang optimal,” ujarnya saat menghadiri puncak peringatan HKN di RSI Wonosobo, Rabu (12/11/2025).
Bupati Afif menekankan pentingnya kolaborasi lintas sektor, termasuk pemerintah pusat, lembaga keuangan, dunia usaha, dan masyarakat. “Dengan dukungan lintas sektor, saya yakin upaya ini akan menjadi bagian nyata dalam mewujudkan Generasi Sehat, Masa Depan Hebat di Kabupaten Wonosobo,” tandasnya.
Peringatan HKN tahun ini salah satunya menyoroti isu kesehatan jiwa. Jaelan menjelaskan bahwa angka gangguan mental di masyarakat cukup tinggi, tetapi sebagian besar belum tertangani. “Yang datang ke fasilitas kesehatan hanya sekitar 12 persen,” jelasnya. Berdasarkan temuan Dinas Kesehatan di Sekolah Rakyat, dari 100 pelajar yang disurvei, sekitar 26 persen mengalami gangguan emosional, seperti kecemasan. “Kesehatan mental sering tersisih, padahal itu kunci hidup bahagia,” katanya.
Momentum HKN 2025, Dinas Kesehatan Wonosobo juga menyampaikan hasil pembangunan dan transformasi layanan kesehatan daerah beberapa tahun terakhir. Fokus utamanya adalah memperkuat layanan primer di puskesmas serta meningkatkan kapasitas layanan sekunder di rumah sakit.
Jaelan menyebut bahwa sejak awal 2024, sebanyak 24 puskesmas di Wonosobo telah menerapkan sistem Integrasi Layanan Primer (ILP). “Puskesmas kita sudah melayani siklus hidup dengan model integrasi layanan primer. Ini dari 24 puskesmas, 8 rawat inap dan 16 rawat jalan, semua sudah ILP,” ujarnya.
Model ILP ini menggabungkan pelayanan dari tahap bayi, anak, remaja, hingga lansia. Struktur organisasi puskesmas juga disesuaikan agar layanan lebih efektif. Untuk jaringan lebih kecil, dari 44 puskesmas pembantu (Pustu) dan 199 pos kesehatan desa (PKD), total 125 Pustu dan PKD juga sudah menerapkan ILP atau sudah di angka 51,4 persen.
Posyandu juga menjadi pilar penting. Dari 1.309 posyandu di Wonosobo, sebanyak 1.021 atau 78 persen kini melayani dengan pendekatan siklus hidup ILP. “Kader sekarang tidak hanya menunggu warga datang, tapi juga mendatangi rumah,” kata Jaelan. Tercatat 6.780 kader terlibat aktif, dengan lebih dari 5.000 kader telah lulus uji kompetensi dan sisanya masih berproses.
Transformasi juga menyentuh sektor layanan sekunder. RSUD KRT Setjonegoro resmi naik status menjadi rumah sakit tipe B berdasarkan keputusan Menteri Kesehatan RI. “Kita ingin semua layanan utama tersedia di Wonosobo,” ujar Jaelan. RSUD kini tengah menyiapkan layanan unggulan, seperti jantung, stroke, uro-nefrologi, dan kanker.
Sementara itu, rumah sakit swasta seperti RSI, RS PKU Muhamadiyah, RS AISs, termasuk RS Ibu dan Anak (RSIA) Adina didorong memiliki keunggulan masing-masing agar saling melengkapi. Kendati demikian, ketersediaan dokter spesialis masih menjadi tantangan. Beberapa rumah sakit telah mulai merekrut dokter spesialis sendiri melalui pola beasiswa dan kerja sama pendidikan.
Sementara itu, capaian kesehatan masyarakat Wonosobo menunjukkan tren positif. Umur harapan hidup naik setiap tahunnya dari 73,82 di tahun 2021, naik menjadi 73,89 di tahun 2022, kembali naik menjadi 74,01 di tahun 2023, hingga menjadi 74,25 di tahun 2024. Selain itu, penurunan terjadi pada angka kematian ibu hamil, dari 11 kasus di 2024 menjadi 5 kasus hingga November 2025.
Kasus tuberkulosis (TBC) di Wonosobo pun terkendali. Tahun 2025 target dari pemerintah pusat diprediksikan ada 2.411 penderita di Wonosobo. Dari 12.536 warga yang telah diperiksa, ditemukan 1.566 warga. "Jadi dari target pemerintah pusat itu kita sudah di angka 65 persen. Sementara yang masuk pengobatan sudah 96 persen. Semakin banyak yang ditemukan dan diobati, rantai penularan bisa diputus,” tegas Jaelan.
Namun, penyakit tidak menular masih mengancam. Data Dinkes berdasarkan CKG menunjukkan 33 persen warga hipertensi, 26 persen perokok aktif, dan aktivitas fisik cukup hanya 1,5 persen. “Kita sering membuat diri sakit tanpa sadar, sehingga pola hidup sehat perlu kita giatkan,” katanya mengingatkan.
Untuk menjaga kualitas layanan, Dinas Kesehatan Wonosobo telah meluncurkan 86 inovasi pelayanan sepanjang 2025. Pihaknya mendorong semua puskesmas, rumah sakit, laboratorium kesehatan daerah (Labkesda), Public Safety Center (PSC), hingga masing-masing bidang membuat satu inovasi.
Salah satu inovasi untuk stunting bahkan meraih Adinkes Award 2025 kategori Praktik Baik Pengendalian Stunting. Angka stunting Wonosobo tercatat 23,9 persen di tahun 2024. Ke depan, arah pembangunan kesehatan akan diselaraskan dengan RPJMD 2025-2029, dengan fokus menciptakan masyarakat yang sehat, cerdas, dan sejahtera.
“Kami ingin masyarakat hidup sehat dan memiliki umur panjang. Dengan tercapainya tujuan ini, diharapkan umur harapan hidup meningkat, kualitas kesehatan masyarakat naik, serta Indeks Pembangunan Manusia (IPM) ikut meningkat,” ungkapnya. Pendekatan ini diharapkan juga berdampak pada pengurangan kemiskinan dan peningkatan kualitas hidup masyarakat Wonosobo secara menyeluruh. (ima)
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/jateng/foto/bank/originals/20251112_PERINGATAN-HKN-2025-Puncak-peringatan.jpg)