Wonosobo Hebat
Kopi Wonosobo Berpeluang Besar, Tapi Banyak Petani Masih Anggap Tanaman Sampingan
TRIBUNJATENG.COM, WONOSOBO - Kopi menjadi komoditas penting di perkebunan Wonosobo meski banyak petani masih menganggapnya sebagai tanaman sampingan.
Hambatan regenerasi, kualitas panen, dan branding pun menjadi pekerjaan rumah pemerintah daerah.
Di sektor perkebunan, kopi Wonosobo menjadi komoditas unggulan dengan luas lebih dari 3.000 hektare. Arabika dan robusta tumbuh di hampir seluruh kecamatan.
Baca juga: Petualangan Rasa di Jalur Ziarah Makam Sunan Muria: Pijar Coffee Sajikan Rahasia Kopi Robusta Lokal
Kepala Bidang Perkebunan dan Hortikultura Dispaperkan Wonosobo, Sumanto mengatakan, sebagian besar petani masih memanfaatkan kopi sebagai tanaman sampingan.
“Belum ada yang khusus mengusahakan kopi keseluruhan. Rata-rata tanaman sampingan,” kata Sumanto, Jumat (14/11/2025).
Masalah kualitas juga muncul karena masih banyak petani melakukan panen rampatan atau memanen seluruh buah tanpa menunggu merah serempak.
Padahal harga cukup menjanjikan, arabika mencapai Rp300 ribu per kilogram sementara robusta Rp150-200 ribu per kilogram untuk ceri merah.
Tantangan lain adalah belum berhasilnya penyatuan brand Kopi Wonosobo. Setiap kelompok tani masih membawa merek masing-masing sehingga sulit membentuk identitas tunggal.
Persoalan lainnya adalah minimnya petani muda. Topografi yang curam, lahan kecil, dan stigma bertani yang dianggap kotor membuat regenerasi terhambat. Pemanfaatan alat mesin pertanian pun tidak optimal karena kondisi medan seperti di Dieng yang sulit.
“Mayoritas petani kita sudah berumur. Anak muda yang terjun ke pertanian masih bisa dihitung dengan jari," lanjutnya.
Di sisi lain, bantuan dari pemerintah pusat dan provinsi dinilai cukup banyak, baik berupa sarana maupun bimbingan teknis. Namun APBD daerah masih terbatas.
Baca juga: Sigit Bawa Kopi Nyampleng dan Anarkopi ke Festival Kopi Muria
“Belum ada support langsung dari pemerintah daerah untuk meningkatkan produksi,” kata Sumanto.
Kerja sama dengan swasta secara khusus belum terjalin, tetapi beberapa kelompok petani sudah dibina oleh Bank Indonesia.
Untuk pengembangan jangka panjang, Wonosobo memperoleh alokasi APBN untuk pengembangan sektor perkebunan seperti bantuan pengembangan kelapa seluas 300 hektare dan kopi 500 hektare di tahun depan. (ima)
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/jateng/foto/bank/originals/20251114_Dispaperkan-Wonosobo-Sumanto_1.jpg)