Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Liputan Khusus

Memprihatinkan, Rumah Diresmikan Presiden SBY Kini Hampir Roboh

Setiap tahun, untuk rumah tipe 21, Agung menyewanya Rp 600 ribu

Editor: agung yulianto
Tribun Jateng/Agung Yulianto
Kondisi rumah di Perumahan GLA di Karanganyar rusak dan banyak rumah tak berpenghuni. 

TRIBUNJATENG.COM, KARANGANYAR - Memprihatinkan. Itulah kesan pertama ketika Tribun bertandang ke Perumahan Griya Lawu Asri (GLA) di Plosokerep, Desa Jeruksawit, Kecamatan Gondangrejo, Karanganyar pekan lalu.

Kompleks perumahan ini dibangun menggunakan dana Program Gerakan Nasional Sejuta Rumah dan diresmikan oleh Presiden SBY pada 20 Desember 2006. Di tanah seluas 18 hektare lebih ini berdiri 700-an rumah. Sebagian besar, kondisi rumah mangkrak.

Kondisi memprihatinkan perumahan ini bukan tanpa sebab. Sebelumnya, Kejaksaan Tinggi (Kejati) Jawa Tengah menetapkan Bupati Rina Iriani sebagai tersangka atas dugaan kasus korupsi subsidi Perumahan GLA. Negara diduga dirugikan Rp 18,4 miliar. Sementara Rina, diduga menikmati Rp 11,1 miliar.

Dampak korupsi di Perumahan GLA sangat terasa. Memasuki sektor I (seluruhnya terdapat lima sektor di perumahan ini), Tribun langsung disambut dengan pemandangan beberapa rumah yang sudah tak layak disebut rumah. Sebagian besar dinding rumah sudah tidak utuh.

Dinding yang terbuat dari batako ini tampak menganga bahkan ada beberapa rumah yang hampir roboh. Atap rumah dari asbes juga bolong di sana sini.

Beberapa meter dari gerbang masuk, terdapat sebuah plang besi bertuliskan musala. Namun bangunan ini sama sekali tidak ada. Menurut cerita seorang warga di blok ini, ada sebuah rumah yang dijadikan sebagai tempat ibadah. “Rumah nomor 16 dijadikan sebagai musala. Kadang saat bulan puasa tarawihnya juga di situ,” kata wanita berambut lurus ini.

Selain itu, kompleks permukiman ini sebagian besar tidak berpenghuni. Karena itulah, banyak rumah yang tidak terawat. Sejauh mata memandang banyak alang-alang yang meninggi, rumah tak berpintu dan tak berjendela, hingga tembok yang retak di sana sini.

Meskipun demikian, akses jalan di perumahan ini bisa dikatakan mulus. Di sebuah ruas jalan, difungsikan sebagai lapangan badminton. Warga di perumahan membuat sarana olahraga di tengah keterbatasan mereka. Di lapangan ini, tampak lampu penerangan dicantolkan hanya menggunakan sebuah kayu panjang di kanan kiri lapangan.

Menurut keterangan warga, sebut saja Agung, di tempat inilah warga di perumahan GLA berolahraga. Kepada Tribun, ayah satu anak ini mengatakan biasanya warga bermain badminton pada Rabu malam. Tentunya bila cuaca cerah. Lantaran lapangan badminton milik penghuni GLA ini di area terbuka.

Agung sudah tiga tahun belakangan tinggal di kompleks Perumahan GLA. Selama ini, Agung mengontrak di rumah seorang warga. Setiap tahun, untuk rumah tipe 21, Agung menyewanya Rp 600 ribu.

Kondisi rumah yang disewanya juga cukup memprihatinkan. Agar tidak panas, Agung melapisi atap rumahnya yang terbuat dari asbes menggunakan kardus. Beruntung lantai rumah yang disewanya telah dipasang keramik. Jikalau panas, kata dia, dirinya berebah di atas lantai tanpa alas.

Januari lalu, seorang tetangga di sektor III menjual rumahnya. Agung tertarik membeli rumah tersebut dengan mengganti angsuran yang telah dibayarkan rekannya Rp 16 juta. Setiap bulan, untuk rumah yang dibelinya, Agung mengeluarkan biaya Rp 253 ribu untuk membayar angsuran.

Namun Agung belum bisa menempati rumah barunya. Di rumah tersebut belum dialiri listrik. Menurutnya, listrik baru dipasang setelah sebuah rumah di kompleks GLA akan dihuni. “Saya sudah mendaftar ke pengelola untuk dipasangi listrik begitu proses administarsi oper kredit selesai,” ujarnya.

Sekitar dua bulan lalu, ada petugas listrik yang bertanya tentang rencana pemasangan listrik di rumah yang baru saja dibelinya. Agung menyangka rumahnya akan segera dialiri listrik. Namun ternyata, hingga saat ini rumahnya belum dipasangi listrik.

Selain persoalan listrik, hal lain yang dikeluhkan Agung adalah pemulung. Ia menceritakan, banyak asbes di atap rumah hilang. Bahkan ada rumah yang seluruh asbesnya telah hilang. “Oleh karena itu, asbes yang saya beli, saya simpan di rumah kontrakan ini. Sebelumnya pernah dicuri ketika saya pasang di rumah yang baru,” sambungnya. (tim)

Sumber: Tribun Jateng
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved