Kisah Dramatis Kombes Martuani Berhadapan dengan Teroris Afif
Saat itu, ia sempat dalam posisi berhadap-hadapan dengan salah satu teroris, Sunakim alias Afif.
TRIBUNJATENG.COM, JAKARTA - Kepala Biro Operasi Polda Metro Jaya Komisaris Besar Martuani Sormin menghadapi situasi menegangkan saat serangan teroris di Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat, Kamis (14/1/2016) lalu.
Saat itu, ia sempat dalam posisi berhadap-hadapan dengan salah satu teroris, Sunakim alias Afif.
Martuani yang datang ke lokasi lebih dulu tersebut awalnya berusaha menolong polisi di Pos Polisi Sarinah. Sebab, menurut dia penanganan korban selamat sangat penting saat peristiwa bom.
Dibantu AKBP Untung, ia mengevakuasi anggota polisi ke mobil dan memerintahkan untuk sterilisasi Jalan MH Thamrin. Ia kemudian bergegas untuk menolong korban lainnya, Rais.
"Dia (Afif) habis nembak ini (Rais). Ini si Afif. Ini Untung. Ini mengerikan. Saya berhadap-hadapan," kata Martuani saat menunjukan posisi foto dirinya dan pelaku yang berada di Jalan MH Thamrin, Senin (18/1/2016).
Fokus Martuani saat itu kepada Rais yang sudah tergeletak usai ditembak oleh Afif. Ia tak sadar bahwa Afif memegang senjata dengan posisi menghadap dirinya.
Sementara itu, polisi lainnya, AKBP Untung Sangaji yang berada tak jauh darinya juga tidak menyadari keberadaan Afif.
"Saya belum sadar. Senjata masih di pinggang. Pandangan saya masih melihat korban (Rais). Orang ini mati atau enggak, saya masih mikir. Kemudian dia tembak anggota lagi (anggota provost). Setelah itulah saya baru sadar ada bersenjata," kata Martuani.
Ia kemudian meminta Untung dan ajudannya untuk melakukan penanganan terlebih dahulu.
Posisinya, ajudan Martuani di kiri dan Untung berada di belakang untuk melindungi Martuani. Ia kemudian memimpin pelumpuhan teroris hingga penyerangan di halaman parkir Starbucks.
Ia juga bercerita bahwa tak sempat untuk memakai rompi antipeluru karena ia menilai akan memakan waktu lama dan menimbulkan korban lebih banyak.
"Peluru saya dua magazin habis. Satu magazin inisnya 11 peluru," kata Martuani.
Dalam peristiwa tersebut, dua teroris berhasil ditembak mati, antara lain, Afif dan Muhammad Ali. Sedangkan dua orang teroris lainnya, Ahmad Muhazan dan Dian Juni tewas karena bom.
Sementara itu dari korban sipil sebanyak empat orang, yakni Rico, Omer Amali, Sugito dan Rais. (*)