Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Dampaknya Mengerikan, Pemuda Pancasila Cilongok Minta Proyek PLTP di Gunung Slamet Dihentikan

Pemuda Pancasila Kecamatan Cilongok menolak eksplorasi Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) di lereng gunung Slamet

Penulis: khoirul muzaki | Editor: muslimah
Tribun Jateng/Khoirul Muzaki
Pemuda Pancasila Cilongok Banyumas keluar dari acara sosialisasi setelah menyatakan penolakan terhadap proyek eksplorasi PLTP di gunung Slamet oleh PT SAE. 

Laporan Wartawan Tribun Jateng, Khoirul Muzakki

TRIBUNJATENG.COM, BANYUMAS - Pemuda Pancasila Kecamatan Cilongok menolak eksplorasi Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) di lereng gunung Slamet.

Ketua PAC Pemuda Pancasila Kecamatan Cilongok Cipto Teguh Wibowo mengatakan, pihaknya meminta proyek tahapan eksplorasi PLTP di kawasan gunung Slamet dihentikan.

"Saya mohon proyek ini dihentikan karena pengerjaannya tidak profesional. Kami juga minta hutan dikembalikan seperti semula. Banyak dampak yang sudah dirasakan pahit oleh warga,"katanya, Rabu (24/5).

Penolakan Pemuda Pancasila terhadap pembukaan lahan di puncak oleh PT Sejahtera Alam Energy (SAE) bukan tanpa alasan.

Mereka sempat menyaksikan langsung kerusakan alam akibat penggundulan hutan di puncak lereng.

Kala itu, mereka tengah melaksanakan Pendidikan Dasar (Diksar) untuk anggota baru di kawasan hutan yang berdekatan dengan lokasi proyek.

Teguh melihat tingkat sedimen lumpur akibat pembabatan hutan di puncak sangat parah.

Jika proyek diteruskan, Teguh yakin, dampak ekologi yang dirasakan masyarakat Banyumas akan semakin meluas.

"Puncak bukit yang semula dipenuhi pohon besar berubah hamparan untuk jalan. Saat hutan gundul, pasti akan terjadi erosi dan banjir besar-besaran yang berdampak ke masyarakat di bawahnya,"katanya

Teguh juga meyaksikan dampak nyata eksplorasi terhadap kerusakan ekosistem hutan. Banyak satwa hutan yang mulai turun ke dasar lereng untuk mencari makan lantaran habitat aslinya telah rusak.

Dikhawatirkan, kata dia, satwa-satwa liar hutan akan bereksodus dan menyerang lahan pertanian warga karena sumber pakan mereka telah hilang.

"Satwa seperti kera dan babi hutan sudah banyak yang turun gunung. Nanti dikhawatirkan akan menyerang pertanian dan mengganggu kehidupan warga," katanya. (*)

Sumber: Tribun Jateng
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved