INSPIRASI! Mbah Sanipan, Tak Mau Anak Yatim Piatu Tak Mampu Tidak Bisa Mengeyam Pendidikan
Mbah Sanipan atau yang dikenal dengan nama KH Abdul Nasir (83) ini memiliki keinginan, dimana ia tidak mau nasib yang dialami masa kecilnya
Penulis: hesty imaniar | Editor: Catur waskito Edy
Laporan Wartawan Tribun Jateng, Hesty Imaniar
TRIBUNJATENG.COM, DEMAK – Mbah Sanipan atau yang dikenal dengan nama KH Abdul Nasir (83) ini memiliki keinginan, dimana ia tidak mau nasib yang dialami masa kecilnya, terulang lagi ke anak-anak yang sekarang ini.
Susah mendapatkan pendidikan yang layak, serta mahalnya biaya sekolah saat ini menjadi perhatiannya, bagi nasib anak-anak yang kurang beruntung.
Ya, Pondok Pesantren Salafiyah Syafiiyah, yang dirintisnya itu, memberikan bantuan kepada anak-anak santrinya, untuk bisa mendapatkan pendidikan yang layak.
KH Abdul Nasir ini menggratiskan bagi para santrinya, baik dari kalangan menengah ke bawah, serta yatim piatu ini, bisa mendapatkan pendidikan yang layak.
Pondok Pesantren yang berada di Desa Jatisono, Kecamatan Gajah, Kabupaten Demak ini, setidaknya sudah memiliki santri berjumlah kurang lebih 125 anak.
Di mana para santri itu, mendapatkan fasilitas yang sudah diniatkan oleh KH Abdul Nasir mendapatkan hak mereka, yakni diantaranya, biaya pendidikan gratis, karena ditanggung oleh pesantren.
“Kemudian mereka juga berhak mendapatkan semua fasilitas hidup mereka di asrama, serta bersekolah gratis di MTS Negeri Gajah, Demak. Semua ini memang cita-cita saya, dimana saya ingin anak-anak ini bisa mendapatkan kehidupan yang layak, karena saya sudah merasakan kehidupan yang keras, dimana semuanya membutuhkan perjuangan,” katanya Jumat (17/11/2017) lalu.
Mbah Sanipan memang seorang anak yatim piatu sejak usia kanak-kanak. Ia pun sempat merasakan hidup berpindah, dari kerabat satu, ke kerabat yang lainnya. Hingga akhirnya, ia memutuskan hidup mandiri, serta mewujudkan cita-cita membangun sebuah pondok pesantren untuk anak-anak yang kurang beruntung.
Kini, pondok pesantren yang telah dikelola dan diserahkan kepada putra bungsunnya, Kiai Hamdan.
“Mbah Sanipan itu memang mencintai sebuah perjuangan, terutama agama. Itu yang membuat saya berniat menemani sampai cita-citanya terwujud. Dalam agama kita, berbagi, serta memuliakan anak yatim piatu itu penting, apalagi Mbah Sanipan dulunya pernah merasakan hidup tanpa adanya kedua,” beber Kiai Hamdan.
Nasib yang dialami oleh Mbah Sanipan, lanjutnya, mengakar kuat untuk ikut membantu dan berbagi kepada anak yatim piatu yang kurang mampu.
Oleh karena itu, Mbah Sanipah ingin pondok pesantren ini bisa menjadi manfaat bagi anak-anak yatim piatu, bahkan anak-anak lainnya yang kurang mampu, dalam hal pendidikan, dan taraf kehidupan.
“Mbah Sanipan tahu betul bagaimana rasanya hidup ditinggal orang tua. Sehingga, pondok pesantren ini memang bermaksud ingin membantu anak-anak dan siapapun, yang memang membutuhkan bantuan,” paparnya.
Di pondok pesantren ini para santri, dibekali dengan ilmu agama, serta pengetahuan umum. Pria alumni Pondok Pesantren Salafiyah-Syafiiyah Situbondo, Jawa Timur ini menambahkan, di tengah kondisi negara yang carut marut ini, pondok pesantren harus hadir, sebagai pembangun mental bagi generasi saat ini.