Begini Cara Kartono Olah Sampah Jadi Gas Metana, Minyak dan Kompos Bikin Gubernur Tertarik
Begini Cara Kartono Olah Sampah Jadi Gas Metan, Minyak dan Kompos Bikin Gubernur Ganjar Pranowo Tertarik
Penulis: m nur huda | Editor: iswidodo
Laporan Wartawan Tribun Jateng, M Nur Huda
TRIBUNJATENG.COM, BREBES – Di Kabupaten Brebes, terdapat Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) di Kecamatan Gandasuli milik Pemkab setempat, yang mampu menghasilkan kompos, dan gas metana untuk bahan bakar alternatif. Alat ini setidaknya mampu mengatasi persoalan sampah.
Di hadapan Gubernur Jateng Ganjar Pranowo saat mengunjungi TPST Gandasuli, Rabu (20/12/2017), pembuat alat ini yakni Anim Kartono memberikan penjelasan tentang cara kerja alat tersebut.
Alat ini tiap harinya mampu mengolah sampah kapasitas dua truk atau sekitar 14 meter kubik. Sejumlah itu mampu menghasilkan kompos sebanyak 8 ton, bahan bakar minyak 200 liter, dan gas metan setara 3 buah gas ukuran 3 kilogram.

"Kapasitas alat ini sehari bisa mengolah dua truk sampah, tapi yang masuk ke sini ada tiga truk jadi sisa satu truk," kata Anim.
Ia mengutarakan, sampah yang terkumpul awalnya dipisahkan antara sampah jenis plastik dan yang organik. Sampah organik ini diolah dengan mesin hingga menjadi potongan kecil-kecil, kemudian difermentasi menggunakan konsentrat bakteri EM4 dalam tabung selama tiga hari.
Hasilnya akan tercipta gas metan, sementara komposnya sudah dapat dimanfaatkan untuk pupuk tanaman.
Sementara untuk sampah plastik, diangkut dengan mesin conveyor dan dikeringkan. Selanjutnya dimasukkan ke tungku pemanas atau reaktor dengan suhu 300 derajat celsius menggunakan serpihan sampah kayu dan kertas. Hingga menghasilkan minyak.
"Minyaknya digunakan untuk menghidupkan mesin-mesin pengolah sampah," ujarnya.
Melihat hal itu, Gubernur Ganjar mengapresiasi inovasi yang ada. Dengan biaya Rp 400 juta sudah bisa membuat alat tersebut. Semua sampah didaur ulang dan tidak ada yang dibuang.
"Teknik mesin di Brebes ini bisa jadi penyelesaian problem sampah di tempat lain. Sampah dipilah, yang organik dijadikan kompos, dan dijadikan alat untuk membakar di sini, dan plastiknya diolah untuk bahan bakar menggerakan mesin ini," katanya.

Menurutnya, alat ini kapasitasnya memang masih kecil maka diperlukan sentuhan agar mampu mengolah sampah dengan kapasitas lebih besar. Termasuk pelengkapan tentang safety.
"Ini hanya Rp 400 juta, kalau semua diolah seperti ini maka persoalan sampah selesai. Pemkab dan Pemkot jika ada problem sampah, dengan alat ini bisa selesai," kata Ganjar.(*)