Tanah Gerak di Brebes, Puluhan Rumah Rusak, Jalan Beraspal Amblas
Setelah banjir dan tanah longsor yang menewaskan belasan orang, kini tanah bergerak melanda Kota Bawang.
Penulis: mamdukh adi priyanto | Editor: galih permadi
Laporan Wartawan Tribun Jateng, Mamdukh Adi Priyanto
TRIBUNJATENG.COM, BREBES - Bencana alam seperti tak kunjung usai melanda Brebes.
Setelah banjir dan tanah longsor yang menewaskan belasan orang, kini tanah bergerak melanda Kota Bawang.
Tanah bergerak terjadi di Brebes bagian selatan yakni di Desa Rajawetan, Kecamatan Tonjong, Brebes.
Tanah bergerak sudah terjadi beberapa hari terakhir ini sejak akhir Februari lalu. Hingga kini, kondisinya semakin parah.
Tidak hanya merusak rumah, tanah bergerak juga membuat jalan menuju desa tersebut amblas.
"Awal terjadi tanah bergerak, 18 rumah rusak. Terus, terjadi lagi menjadi 49 rumah rusak. Hingga saat ini, total sudah ada 74 rumah rusak," kata Sekretaris Desa Rajawetan, Kasmo, Senin (5/3/2018).
Jalan berukuran sekitar 2,5 meter menuju desa tersebut juga tanah amblas. Warga dibantu anggota TNI- Polri sempat memperbaikinya namun karena tanah terus bergerak, jalan rusak lagi.
Jalan yang amblas diperbaiki dengan menambal atau menguruknya dengan tanah. Tentu saja, saat turun hujan, jalan jadi becek dan kendaraan berkubang lumpur.
Kondisi tanah pegunungan itu, kata dia, labil. Akibatnya, pergerakan tanah terus terjadi. Longsoran kecil pun terjadi secara sporadis di sejumlah titik.
Khawatir tanah terus bergerak dan bertambah parah, sejumlah warga sudah mengungsi di tempat kerabat atau saudaranya yang berada di tempat aman.
"Beberapa warga sudah mengungsi. Kami mengimbau agar warga yang rumahnya berada di dekat perbukitan untuk segera mengungsi ke tempat aman, karena tanah terus bergerak," tegas Kasmo.
Sementara, seorang warga Rajawetan, Karno (64) menuturkan, tanah bergerak terjadi biasanya setelah hujan turun sangat deras.
"Kemudian terdengar suara gemuruh. Setelah itu ada longsoran tanah. Tembok- tembok rumah juga retak," terangnya.
Menurutnya, lahan pertanian yang berada di bukit atau di atas pemukiman juga sudah amblas sedalam dua meter dengan panjang 500 meter.
"Kondisi tersebut sangat membahayakan. Jika terjadi hujan, bisa berakibat longsor dan menghantam rumah warga," kata Karno.