Sopir Truk Masuk Istana Presiden Adukan Banyaknya Pungli
Presiden Joko Widodo menerima 70 orang perwakilan sopir truk dari seluruh Indonesia di Istana Negara, Jakarta, Selasa (8/5).
TRIBUNJATENG.COM, JAKARTA - Presiden Joko Widodo menerima 70 orang perwakilan sopir truk dari seluruh Indonesia di Istana Negara, Jakarta, Selasa (8/5). Presiden Jokowi kaget dilaporkan banyaknya pungutan liar (pungli) dialami para sopir truk tersebut.
Pertemuan atas undangan Presiden Jokowi ini dilakukan dengan diskusi dan tanya jawab santai. Para sopir truk logistik tersebut duduk di barisan kursi di tengah ruang Istana Negara. Dan Jokowi berdiri di depan mimbar. Wakil Kepala Polri Komisaris Jenderal Polisi Syafruddin dan Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi turut mendampingi Jokowi.
Mulanya Jokowi menjelaskan kepada para sopir truk bahwa pemerintah selama 3,5 tahun telah melakukan perbaikan infrastruktur, baik jalan, pelabuhan, bandara, guna menekan biaya transportasi. Langkah tersebut dilakukan agar bisa menekan biaya transpotasi dan berimbas pada menurunnya harga barang di pasar. "Karena kita ini sekarang bersaing dengan negara-negara lain. Kalau tidak lebih cepat, murah, efisien, barang kita akan kalah ditinggal negara-negara lain," tutur Jokowi.
Lantas, Jokowi menanyakan masih ada atau tidaknya pungli dialami para sopir truk saat mengangkut loistik dari pedalaman ke kota maupun antar-provinsi. "Kemudian urusan di jalan, jalan kita masih banyak pungli gak sih," tanya Jokowi yang berdiri di depan mimbar depan para sopir truk.
Sebagian para sopir kompak menjawab pungli tersebut masih banyak terjadi di jalan. "Masih," jawab para sopir.
Jokowi tampak terkejut mendengar pengakuan para sopir tersebut. "Oh masih? Masih banyak? Atau tambah banyak?" tanya Jokowi kembali.
"Banyak," jawab para sopir.
Beberapa perwakilan sopit truk meyampaikan kepada Jokowi, daerah yang masaih marak pungli di antaranya jalan di Jakarta seperti Cakung-Cilincing, Cikampek-Cirebon, lintas Sumatera, Lampung, dan beberapa jalan provinsi lainnya. "Aceh sampai Medan, dari Perbatasan Aceh, Binjai sampai Medan, Medan sampai Pekanbaru, batasnya Bengkalis, dimulai lagi dari jalur Pelalawan Riau, mulai lagi perbatasan Jambi dan Palembang," tutur sopir truk kepada Jokowi.
"Masuk Sumsel yang namanya Bedengseng, rajanya cap-capan, lewat rumah makan di situ kalau kita lewat saja, kita enggak ngapa-ngapain, kita lewat warung wajib bayar, kalau enggak bayar kaca pecah, kalau enggak golok sampai di leher, kalau tidak ban kita disobek, itu siang bolong," sambung sopir tersebut.
Seorang sopir truk mengaku sebagian pungli tersebut dilakukan oleh preman hingga oknum petugas. Kisaran pungli yang diminta bervariasi, mulai Rp 10 hingga Rp 20 ribu untuk sekali melewati jalan tertentu. Namun, jika diakumulasi, maka total pungli tersebut berkisar Rp 200 ribu hingga Rp 2 juta. "Loh kok gede banget," timpal Jokowi.
"Stempel itu apa (merek)," tanya Jokowi.
"Di Sumatera merek itu RPAD, ke Medan PJSJ, ADS, AR, Sinar Toba, Sampangkau," ujar sopir.
"Intinya pengemudi pengen rasa nyaman, pengen anak bisa sekolah, pengen aman," lanjut ucapan sopir truk tersebut.
Jokowi pun langsung menindaklanjuti laporan para sopir truk tersebut. Ia memerintahkan Wakapolri Komjen Syafruddin dan Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi untuk memproses para pelaku pungli tersebut. "Saya sudah dengar semuanya. Ok, ini sudah didengar langsung oleh Pak Wakapolri akan langsung dioperasi," tegas Jokowi.
Jokowi pun meminta Wakapolri beserta jajarannya agar tidak ragu-rahu menangkap para pelaku pungli yang telah meresahkan para sopir pengakut logistik tersebut. "Saya dengarnya sedikit, ternyata setelah bertanya kepada para pengemudi, para sopir, ternyata sangat banyaknya, kaget dong," kata Jokowi kepada wartawan seusai pertemuan.
Ia juga minta Wakapolri dan Menhub untuk menangkap para pelaku pungli, termasuk preman, petugas Dinas Perhubungan hingga oknum anggota Polri. "Disikat semuanya," tandasnya. (Tribunjateng/cetak/Tribun Network/sen/kcm/coz)