Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

PN Pandit Ceritakan Kisahnya Mendekati Suku Sentinel, Kepalanya Nyaris Dipotong

John Chau mendatangi pulau Sentinel Utara di Samudra Hindia untuk menemui warga suku terasing tersebut sekaligus melakukan kegiatan misionaris

Editor: muslimah
TN Pandit Via BBC
Pandit (kanan), yang bekerja di Kementerian suku terasing India, sedang memberikan hadiah kepada salah-seorang anggota suku. 

TRIBUNJATENG.COM - Suku terasing itu, yang hidup secara terkucil selama puluhan ribu tahun, menjadi perhatian dunia setelah pada pekan lalu mereka dilaporkan membunuh John Allen Chau, pria Amerika Serikat berusia 27 tahun.

John Chau mendatangi pulau Sentinel Utara di Samudra Hindia untuk menemui warga suku terasing tersebut sekaligus melakukan kegiatan misionaris Kristen.

Namun sejumlah warga suku itu menyerangnya dengan panah hingga tewas, dan dilaporkan menguburkan di sana dan pemerintah India kesulitan mengambil jasadnya.

Tidak banyak orang yang lebih memahami suku terasing yang mendiami Pulau Sentinel di Samudra Hindia dibanding TN Pandit, seorang antropolog asal India.

Sebagai kepala dinas Kementerian Suku Terasing India, Pandit telah mengunjungi komunitas suku terasing yang mendiami pulau terpencil itu dalam rentang beberapa dekade, dan sempat melakukan kontak langsung, dan pulang dalam keadaan hidup.

Terlepas dari kejadian itu, Pandit, yang saat ini berusia 84 tahun, menegaskan bahwa sebagian besar anggota kelompok itu adalah warga 'cinta damai'. Tuduhan tentang reputasi mereka yang menakutkan merupakan hal yang menurutnya tidak adil.

j

Foto yang memperlihatkan keberadaan suku terasing di sebuah pulau di Lautan Hindia. (SURVIVAL INTERNATIONAL) 

"Selama kami melakukan interaksi, mereka mengancam kami, tetapi tidak pernah mencapai titik di mana mereka bermaksud membunuh atau melukai. Setiap kali mereka tampak tidak tenang, kami mundur perlahan," katanya kepada BBC World Service.

"Saya berduka atas kematian anak muda yang datang jauh-jauh dari Amerika. Tapi dia melakukan kesalahan," katanya.

"Dia punya cukup kesempatan untuk menyelamatkan dirinya sendiri. Tapi dia memilih bertahan dan membayar dengan nyawanya."

Pandit pertama kali mengunjungi pulau Sentinel Utara, yang hanya dihuni suku yang terisolasi itu, pada 1967 bersama kelompok ekspedisi.

Awalnya orang-orang Sentinel bersembunyi di hutan saat ada orang asing tiba, tetapi dalam perkembangan selanjutnya mereka menghadapi orang-orang yang memasuki pulau mereka dengan melepaskan anak panah.

Disebutkan Pandit, selama perjalanan ke pulau itu para antropolog membawa berbagai barang yang dimaksudkan sebagai 'oleh-oleh,' untuk memudahkan interaksi dengan suku terasing itu.

"Kami membawa hadiah panci dan wajan, buah kelapa, alat-alat seperti palu dan parang panjang. Kami juga membawa serta orang Onge (suku adat lain di kepulauan Andaman) untuk membantu kami 'menafsirkan' percakapan dan perilaku orang-orang Sentinel," ujar Pandit, mengenang kunjungannya itu.

"Namun orang-orang Sentinel menghadapi kami dengan raut wajah marah dan garang, serta bersenjata lengkap seperti busur dan panah panjang, semuanya dalam keadaan siaga mempertahankan wilayah mereka," paparnya.

Sumber: Tribun Medan
Halaman 1 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved