Megawati Pidato Tentang Soekarno, Fahri Hamzah: Harus Dibahas saat Debat Tanpa Bawa Contekan
Fahri Hamzah menanggapi pidato Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri yang menceritakan sosok Proklamator RI, Soekarno.
Penulis: Ardianti WS | Editor: abduh imanulhaq
TRIBUNJATENG.COM- Wakil Ketua DPR RI, Fahri Hamzah menanggapi pidato Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri yang menceritakan sosok Proklamator RI, Soekarno.
Tanggapan Fahri Hamzah tersebut ia sampaikan melalui akun Twitter @Fahrihamzah pada Selasa (8/1/19).
Fahri mengatakan bahwa pembahasan tentang SUkarno harus dibawa di debat capres.
namun, ia mengatakan tidak rela jika tema tersebut dibahwa sdengan membawa contekan.
Fahri berharap bahwa Jokowi dan Prabowo membahas soal Soekarno dengan pendapatnya pribadi.
• Misteri Sejoli Tewas Tanpa Busana di Kamar Hotel dengan Luka Tembak, Bunuh Diri atau Dibunuh?
• Vanessa Angel Mengaku Belum Terima Bayaran Rp 80 Juta, Baru Uang Transportasi
• NYONYOR! Preman Ini Babak Belur Dihajar Korbannya, Ternyata Atlet Tarung Bebas
• Reaksi Mahfud MD saat Dikira Dahlan Iskan di Jogja
Berikut cuitan Fahri Hamzah selengkapnya:
"Mendengar ceramah Ibu Mega kemarin tentang “#DeSukarnoisasi” rasanya penting dalam debat nanti ada materi khusus tentang pemahaman kedua #Capres2019 yaitu @jokowi dan @prabowo tentang presiden RI yang pertama itu. Ayo @KPU_ID tindak lanjut. Jadikan ini materi wajib.
Tapi saya tidak rela kalau tema ini dibahas pakai “kerpean” atau contekan. Dia harus merupakan hasil pikiran yang orisinal #Capres2019 . Saya pengen tahu mana dari capres ini yang baca INDONESIA menggugat. Paling tidak penuturan Bung Karno kepada Cindy Adam.
Sukarno, proklamator itu memang manusia sejarah yang sulit dimengerti termasuk oleh pengagum-nya sendiri. Memahami Sukarno memerlukan tingkat kecerdasan tertentu dalam membaca sejarah kita. Masa pergerakan, kemerdekaan hingga orde lama tumbang.
Lalu orde baru lahir sebagai jawaban pergolakan ideologi yang mengancam. Tapi Saya juga tidak setuju sepenuhnya dengan kebijakan orde batu khususnya kepada mantan presiden. Saya setuju ada #DeSukarnoisasi di masa itu tapi juga ada #DeIslamisasi jangan lupa.
Rasanya, #DeIslamisasi umurnya lebih lama. Orang Islam merasa cuma diajak berjuang nanti selanjutnya ditinggal. Ada yang memakai istilah ditipu. Sampai rezim ini, perasaan diabaikan dan todak dijaga masih kuat di kalangan Islam. Tapi #DeSukarnoisasi sudah berhenti.
• KPU Bocorkan Pertanyaan Debat Capres, Fahri Hamzah: Mengajarkan Kebiasaan Hafalan
• KPU Bocorkan Pertanyaan Debat Capres, Hanum Rais: Kabar Buruk untuk Kesehatan Kontestasi Demokrasi
• KPU Bocorkan Pertanyaan Debat Capres, Rizal Ramli: Malah Merugikan Jokowi, Malu-maluin Aja
Maka, kita sebagai generasi muda bangsa ini bertugas agar kebebasan ini produktif sebagai ajang persahabatan ide dan pikiran. Kalau harus berkompetisi maka kita memilih berkompetisi secara sehat. Agar negara kita tambah kuat. Bukan tambah lemah. #DeSukarnoisasi
Saya merasa kita perlu tuntaskan beban sejarah. Caranya dimulai dari membaca. Menurut saya membaca Sukarno, Hatta, Syahrir , Natsir, Baswedan, Maramis, dll adalah wajib bagi kita. Apalagi yang mau jadi presiden kita. Maka kita mulai dari Sukarno. Ayo @KPU_ID
Semoga lahir perdebatan seru antara #capres2019 tentang pendiri bangsa, agar kegundahan soal #DeSukarnoisasi atau #DeIslamisasi dapat kita akhiri. Anak cucu kita Harus berhenti mewarisi konflik ideologi. Kita mau hidup membangun negeri. Ayok @KPU_ID kamu bisa!," tulisnya.
Diketahui Megawati memberikan pidatonya dengan tema 'Bu Mega Bercerita' dalam rangkaian HUT ke-46 PDIP, di Kantor PDIP, Jalan Diponegoro, Menteng Jakarta Pusat, Senin (7/1/2019).