Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Kivlan Zen: Kalau Sumpah Pocong Gak Mau, Sumpah Demi Allah Saya Mau

Kivlan Zen menjawab tantangan sumpah pocong yang dikemukakan Menteri Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan, Wiranto.

Penulis: Daniel Ari Purnomo | Editor: abduh imanulhaq
TRIBUN JATENG/DANIEL ARI PURNOMO
Mayjen TNI Purn Kivlan Zen menggelar jumpa pers Pelurusan Sejarah Peristiwa 1998 di rumah makan The Jagongan, Solo, Kamis (28/3/2019) sore. 

TRIBUNJATENG.COM, SOLO - Mantan Kepala Staf Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (Kostrad) Mayor Jenderal (Purn) Kivlan Zen menjawab tantangan sumpah pocong yang dikemukakan Menteri Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan, Wiranto.

"Saya bilang gak mau. Apaan sumpah pocong? Sumpah pocong itu setan saya bilang. Mana ada di jalan Islam ada sumpah pocong. Gak mau saya bilang," ujar Kivlan dalam jumpa pers Pelurusan Sejarah Peristiwa 1998 di Solo, Kamis (28/3/2019) sore.

"Tapi (kalau) sumpah demi Allah, saya mau, ya tho. Hanya prajurit kita, Sapta Marga sumpah prajurit menyatakan kami bersumpah demi Allah. Bersedia saya kalau itu. Sumpah pocong apa itu, nanti dikira syirik," imbuhnya.

Kivlan menginginkan kasus-kasus 1998 dibicarakan di Pengadilan Militer atau Komnas HAM.

Menurutnya, benar dan salahnya kisah di balik peristiwa 1998 itu bisa diputuskan oleh pengadilan.

Kivlan memastikan kini sudah tidak ada masalah lanjut dengan Wiranto.

"Tak ada masalah sebenarnya. Karena dulu kami tanda tangan bersama bahwa masalah tentang cerita itu, PAM Swakarsa bahwa itu adalah inisiatif masyarakat yang disesuaikan Undang-Undang adalah upaya bela negara," jelasnya.

Kivlan juga menegaskan ingin mengambil jalan tengah dalam kontestasi pemilihan presiden.

Dia menyangkal terlibat menjadi tim sukses Prabowo-Sandiaga Uno.

Sebaliknya, Kivlan memastikan tidak memihak kubu Jokowi-Ma'ruf Amin.

"Saya mau di jalan tengah pada jalan saya sendiri. Tetapi tetap saya mendukung Prabowo. Bagaimanapun dia tentara. Saya akan tetap mendukung almamater saya," tegasnya.

Pernyataan itu membuat beberapa orang tertawa, lalu bertepuk tangan.

Kivlan juga mengklaim tidak ada penculikan para aktivis 1998.

Dia ingin meluruskan aksi itu sebagai penangkapan.

Tidak dijelaskan kenapa harus ada penangkapan dan siapa yang memerintahkannya.

Di sisi lain, Kivlan juga menyebut kematian aktivis HAM Munir Said Thalib berkaitan dengan keberadaan Badan Intelijen Negara atau (BIN).

Penjelasan Kivlan itu menjawab pertanyaan seorang mahasiswa UNS Solo, Bumi Sapti Ramadhani, yang hadir dalam acara ini.

Bumi menanyakan dalang di balik pembunuhan Munir.

"Kejadian masalah diracun Pak Munir, ada kaitannya BIN di dalam hal ini. Ada anggota eks officer BIN itu, Pollycarpus. Itu orang luar yang direkrut oleh BIN. Di dalam pengadilan sudah terbukti bahwa dia melakukan itu," jelas Kivlan.

Menurut pria kelahiran Aceh itu, Munir ingin membela Prabowo dengan menyatakan Prabowo tidak bersalah dalam kejadian 1998 dan Trisakti.

"Dia mau membela itu. Kok dia dibunuh? Kalau dia dibunuh, kira-kira orang yang membunuh itu berarti tidak senang dengan Prabowo. Kira-kira siapa itu? Yang sekarang tampil kira-kira siapa?" katanya. (tribunjateng/daniel ari purnomo)

Sumber: Tribun Jateng
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved