Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Siapakah Oknum Anggota Polri Yang Diungkap Novel Baswedan?

Penyidik senior KPK Novel Baswedan kembali menjalani pemeriksaan penyidik Polda Metro Jaya dari tim gabungan bentukan Polri

TRIBUNNEWS/JEPRIMA
Penyidik KPK Novel Baswedan ditemani keluarga dan tim advokasi saat memenuhi panggilan dari Tim Pemantauan Komisi Nasional Hak Azazi Manusia (KOMNAS HAM) atas kasus dirinya di Gedung Komnas Ham, Jakarta Pusat, Selasa (13/3/2018). Novel Baswedan beserta kuasa hukumnya mendesak agar Presiden tetap membentuk Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF) terkait peristiwa penyiraman air keras kepada dirinya. Tribunnews/Jeprima 

TRIBUNJATENG.COM, JAKARTA -- Penyidik senior KPK Novel Baswedan kembali menjalani pemeriksaan penyidik Polda Metro Jaya dari tim gabungan bentukan Polri, sebagai saksi kasus penyerangan yang menimpanya. Pemeriksaan dilakukan di tempat Novel bertugas, Gedung KPK, Jakarta, Kamis (20/6).

Tim kuasa hukum Novel Baswedan menyebut kliennya sempat ditanya soal penanganan kasus proyek e-KTP dan kasus suap reklamasi Jakarta.

"Ada pertanyaan menarik dari tim terkait dengan kasus e-KTP dan juga kasus rencana OTT dari tim KPK terhadap pada saat itu pengusaha yang berkaitan dengan reklamasi itu ditanyakan secara khusus oleh tim," ujar anggota tim hukum Novel Baswedan, Arif Maulana, usai mendampingi pemeriksaan Novel di Gedung KPK.

Arif mengungkapkan Novel juga sempat ditanya soal dugaan keterlibatan oknum Polri dalam kasus penyiraman air keras tersebut.

Novel telah menyebutkan nama oknum Polri tersebut ke penyidik. Oknum polisi tersebut diduga terkait dengan penggagalan saat OTT tim KPK terhadap seorang pengusaha terkait kasus reklamasi teluk Jakarta.

Meski begitu, Arif menolak menyebutkan nama oknum anggota Polri tersebut. "Dia berkaitan dengan kasus penggagalan OTT KPK di kasus reklamasi," ungkapnya.

Arif menjelaskan, penyidik dari tim gabungan itu menanyakan kasus-kasus yang ditangani Novel di KPK sebelum peristiwa penyerangan air keras menimpa dirinya pada 11 April 2017.

"Sama satu lagi kasus-kasus apa saja yang kemudian ditangani oleh Mas Novel sebelum peristiwa penyerangan. Itu dikaitkan dengan berbagai penyerangan-penyerangan yang terjadi terhadap para pegawai KPK, tidak hanya satu serangan terhadap Mas Novel tetapi juga terhadap teman-teman pegawai KPK," ujarnya.

Novel mendapat 20 pertanyaan dari tim dalam pemeriksaan selama dua jam. Materi lain yang ditanyakan adalah berkaitan dengan barang bukti kamera pengawas atau CCTV di lokasi serta gelas, sidik jari dan botol tempat air milik pelaku yang berada di lokasi kejadian.

Selain itu, Novel juga dikonfirmasi kembali berkaitan dengan nomor telepon dan juga orang-orang yang diduga sebagai pelaku penyerangan dirinya.

"Soal informasi mengenai nomor-nomor yang diperoleh pada saat itu oleh penyidik dan juga bagaimana empat orang yang diduga saat itu sebagai tersangka dan juga dua orang eksekutor itu diidentifikasi," kata Arif.

Saat dikonfirmasi wartawan, Novel membenarkan dirinya telah memberikan keterangan nama oknum anggota Polri itu kepada tim yang memeriksanya. Namun menurutnya nama yang disampaikan itu di luar perkara penyerangan air keras.

"Terkait nama yang disampaikan itu di luar dari perkara yang ini, saya sudah sampaikan berkali-kali bahwa kasus penyerangan kepada KPK tidak hanya terkait penyerangan kepada diri saya. Saya bahkan sebelum tim (gabungan bentukan Kapolri) ini dibentuk, pun saya katakan ada lebih dari 10 penyerangan kepada orang-orang KPK dan itu bukti-buktinya ada banyak," ujar Novel.

Novel pun menekankan soal pentingnya tim untuk mengungkap dan menangkap pelaku lapangan yang melakukan penyerangan terhadap dirinya untuk mengungkap otak pelaku dan motifnya. Sebab, jika dirinya yang mengatakan dugaan motif tanpa bukti dan pelaku belum tertangkap, maka hal itu mudah dibantah.

"Ketika pelaku lapangannya tidak ditangkap bicara motif, saya balik bertanya kalau saya sampaikan soal bukti soal motif apakah itu bisa membuktikan pelaku lapangan? Jawabannya pasti tidak, pertanyaannya lagi kalau saya hanya berbicara soal motif dan bukti-bukti, soal orang-orang terkait dengan motif, apa itu akan menjadi kuat? Pasti sangat mudah untuk dielakkan," tandasnya.

Pada 11 April 2017, seusai melaksanakan shalat subuh di masjid tak jauh dari rumahnya, Novel tiba-tiba disiram air keras oleh dua pria tak dikenal yang mengendarai sepeda motor. Cairan itu mengenai wajah Novel.(tribun network/ilh/fah/coz)

Sumber: Tribun Jateng
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved