Minuman Keras Lokal dari Sopi, Cap Tikus hingga Arak Bali Mencoba Tembus Pasar Internasional
Kekayaan kuliner Indonesia tak semata pada makanan-makanan yang kelezatannya sangat unik, tapi juga minumannya.
TRIBUNJATENG.COM - Kekayaan kuliner Indonesia tak semata pada makanan-makanan yang kelezatannya sangat unik, tapi juga minumannya.
Salah satunya adalah minuman beralkohol lokal yang sudah hadir sejak lama di tanah air.
Minuman olahan yang merupakan hasil fermentasi dari air nira yang berasal dari pohon lontar tersebut merupakan minuman asli Indonesia.
Sebut saja sopi NTT, arak Bali, Cap Tikus Minahasa, dan masih banyak lagi. Keberadaan minuman fermentasi biasanya dinikmati masyarakat saat acara adat di suatu daerah.
Namun kini minuman fermentasi lokal sudah mengalami banyak perkembangan, varian dan sudah adanya izin, standar dan pengawasan dari pemerintah yang membuat minuman lokal tersebut semakin bergeliat.
• Camat Dawan Mediasi Kasus Mahasiswi KKN Diminta Bernyanyi Hibur Aparatur Desa yang Pesta Miras
• Ini 4 Pesan Khusus Gubernur DIY untuk Trase Tol Disampaikan ke Pemerintah Pusat
Salah satu minuman fermentasi lokal yang sudah mendapatkan izin beredar ialah Cap Tikus 1978 asal Minahasa.
Sebagai satu-satunya cap tikus yang memiliki izin beredar Kepala Marketing Cap Tikus 1978 Mario Baraputra menyebut jika produknya mulai resmi meluncur pada Desember 2018.
Meski belum ada setahun Cap Tikus 1978 kini sudah memiliki pasar di seluruh Indonesia. Papua menjadi pasar yang paling banyak disuplai minuman berkadar alkohol 45% tersebut.
"Suplai paling banyak ke Papua. Jadi setiap bulan bisa kirim sebanyak 2 sampai 3 kontainer ke sana," terang Mario yang ditemui Kontan.co.id.
• 9 Janji Jokowi-Maruf Jika Menangi Pilpres: Pemenuhan HAM Hingga Rehabilitasi Lingkungan Hidup
• Pedagang Asongan Yang Jadi Perwira TNI AD Ukir Sejarah di Wall of Fame US Army Command
Cap Tikus 1978 mulai merambah pasar di luar Sulawesi Utara pada Februari lalu. Harga ritel Cap Tikus 1978 adalah Rp 80 ribu ukuran 320 ml.
Berkembangnya zaman dan sejak adanya izin, Cap Tikus 1978 memberikan sentuhan yang berbeda dengan inovasi kemasan yang unik.
Desain botol dibuat menarik agar tak kalah dari produk minuman fermentasi dari luar negeri yang sudah lama membanjiri Indonesia.
Tak hanya desain, inovasi juga dilakukan pada varian rasa. Mario menjelaskan bahwa rencananya bulan depan Cap Tikus 1978 akan merilis rasa terbaru yaitu cap tikus coffee.
"Selain rasa kopi ada juga bartender sachet. Jadi ini model seperti sachet setiap pembelian satu botol gratis satu sachet dengan rasa beda. Ada formula 8 ada rempah-rempah isinya jahe temulawak aren dan lainnya sensasinya anget, seperti jamu. Akan ada 5 varian sachet nanti," sambung Mario.
Dalam satu hari Cap Tikus 1978 mampu memproduksi 5000 botol, suplai ke provinsi sebanyak enam kontainer atau sekitar 12 ribu karton. Satu karton berisi 12 botol cap tikus.
• Marbot Masjid Dapat Ganti Rugi Rp 222 Juta Karena Polres dan Kejari Salah Tangkap
• Polisi Ungkap Misteri Tengkorak Manusia Terbakar, Ternyata Ada Kasus Menantu Bunuh Mertua
Bahan baku Cap Tikus 1978 sendiri diterangkan Mario didapatkan dari para petani nira yang menyetor ke pabrik.