Sultan Pun Nyicipi Dawet Pujiyono
Tak ada yang lebih nikmat selain menikmati semangkuk es dawet di tengah hari
TRIBUNJATENG.COM MAGELANG, - Tak ada yang lebih nikmat selain menikmati semangkuk es dawet di tengah hari yang terik sambil duduk santai di bawah pohon rindang. Bagi masyarakat yang kebetulan sedang melintas di Jalan Magelang-Purworejo, pasti langsung tertarik untuk berhenti sebentar di depan lapangan tembak Akademi Militer (AKMIL) Magelang di Salaman.
Di sana ada dawet ayu khas Banjarnegara “Kang Siput”. Saban hari, tempat itu ramai dikunjungi orang yang lalu lalang di jalan antar kabupaten tersebut. Tak hanya warga sekitar, tapi juga warga dari berbagai daerah yang kebetulan melintas. Salah satunya adalah warga Gombong, Kebumen bernama Priyoto yang datang bersama istrinya.
“Rasanya mantap. Siang-siang begini memang paling segar ya minum es dawet seperti ini,” ujarnya saat ditemui minggu kemarin, (15/4). Ia mengaku sudah lama jadi pelanggan dawet ayu Kang Siput. Setiap kali bepergian ke Muntilan, pasti ia mampir untuk menikmati es dawet tersebut.
Entah karena saking hausnya atau doyan, Priyoto sampai habis dua mangkuk es dawet. Istri Priyoto menimpali bahwa rasa manis gula aren dalam es dawet tersebut alami. “Rasanya cocok banget di lidah. Manisnya pas. Kalau pakai pemanis buatan, pasti kerasa beda di lidah,” imbuhnya.
Pujiyono, pemilik usaha minuman tradisional, meletakkan gerobak dawetnya di bawah rindangnya pohon Nyamplung. Ia mengatakan, pertamakali jualan es dawet ayu tahun 1998 di Kudus. Akibat adanya krisi ekonomi nasional kala itu, ia memindahkan usahanya ke Jogja, tepatnya di utara Balai Yasa Yogyakarta, Pengok.
“Targetnya waktu itu karena di sana banyak mahasiswa. Jadi ada kemungkinan lebih laku,” ujarnya saat ditemui di pinggir jalan Magelang Purworejo KM 3, Sekip, Salaman, Minggu siang (15/4/2012). Dugaannya benar, dawetnya laris manis diserbu pembeli. Selang beberapa tahun kemudian, karena suatu alasan, ia pindah jualan ke Magelang sekitar 2010. Usahanya di Jogja diurus oleh seorang temannya.
Pujiyono pandai memilih lokasi. Pinggir jalan ramai dengan rerimbunan pohon adalah pilihannya. Tak pelak, jualan dawetnya pun selalu ramai disambangi masyarakat. Dalam sehari, disampaikannya, sekitar 500 mangkuk es dawet bisa dijualnya. Sebanyak 45 kg dawet, 35 kg gula aren, 30 biji buah kelapa dan dua buah durian pun dihabiskannya dalam sehari.
"Saya pilih gula aren karena aromanya wangi meski harganya agak mahal dibanding gula jawa," ungkap Pujiyono.