Kecelakaan Pesawat Lion Air di Bali
Artami Bersyukur Suaminya Selamat
Tangis Untung Santoso (49) pecah, saat didorong di kursi roda oleh perawat RS Kasih Ibu, Kuta, Bali
TRIBUNJATENG.COM, DENPASAR - Tangis Untung Santoso (49) pecah, saat didorong di kursi roda oleh perawat dari Ruang Instalasi gawat Darurat RS Kasih Ibu, Kuta, Bali, Sabtu (13/4/2013).
Sementara sang istri, Ni Luh Artami (50), duduk di bangku kayu di luar ruang dokter spesialis penyakit dalam, rumah sakit yang terletak di Jalan Uluwatu ini. "Iya sudah pak. Puji Tuhanlah, kita masih selamat, tidak apa-apa luka sedikit," ujar Artami.
Untung dan Artami merupakan penumpang Lion Air dengan penerbangan JT 904 yang gagal mendarat di Bandara Ngurah Rai Bali, Sabtu (13/4/2013) sore.
Artami menuturkan keselamatan Untung merupakan keajaiban. "Bapak itu stroke ringan. Sudah tiga tahun sakit seperti itu, tapi masih bisa pergi-pergi," kata ibu dua anak yang tinggal di Tabanan, Bali.
Hari itu, Untung dan Artami baru pulang dari Bandung menuju kediaman mereka di Pulau Dewata. Untung seorang pengusaha, tepatnya kontraktor. "Bapak ke Bandung hendak melihat proyek, pembangunan perumahan," katanya.
Namun saat hendak pulang, pesawat Lion Air yang mereka tumpangi gagal mendarat di Bandara Ngurah Rai Bali, dan tercebur ke laut, di ujung landasan.
Untung dan Artami duduk di bagian depat, bangku nomor 7. Saat kejadian, mereka dapat lebih awal turun. Walau di bagian depan, Untung menghadapi masalahj. Kondisinya yang sedang sakit sroke ringan, tidak dapat leluasa menyelamatkan diri.
"Akhirnya saya yang memapah bapak. Saya angkat dia, setelah keluar pesawat, barulah dibantu yang lain," kata Artami.
Setengah jam kemudian, keluarga Untung-Artami berdatang ke rumah sakit, dan masuk ke ruang dokter penyakit dalam itu. Setelah memberi ucapan dan menyampaikan simpati, mereka berangkulan-berpelukan. Artami sendiri berusaha tegar mengahadapi situasi.
