Tribun on Focus
PLN Latih Polisi dan Tentara Tentang Jaringan Listrik
Baginya, aksi mogok merupakan hak para pekerja
Penulis: bakti buwono budiasto | Editor: agung yulianto
MANAJER Komunikasi dan Bina Lingkungan PT PLN Distribusi Jateng-DIY, Supriyono mengaku tidak khawatir pada rencana aksi mogok para pekerja outsorching (OS). "Mau (mogok) sebulan, setahun pun tidak apa-apa," ujar Supriyono saat dihubungi, Selasa (1/10/2013) malam.
Baginya, aksi mogok merupakan hak para pekerja. Daan saat para OS menggunakan haknya, lanjutnya, PLN telah menyiapkan beberapa antisipasi.
Menurutnya, PLN sudah menyiapkan antisipasi dengan meminta bantuan aparat TNI dan Polri. Sekitar satu pleton atau 60 aparat mulai kemarin dibekali pemahamanan tentang jaringan listrik. Mereka sedang digembleng di Balai Diklatr PLN, di Kedungmundu, Semarang.
Selama tiga bulan, anggota polisi dan tentara itu akan dibekaali kemampuan menyopiri mobil jaringan hingga memperbaiki jarringan listrik. “Pelatihan selama tiga bulan cukup untuk membuat aparat membantu pelayanan PLN,” katanya.
Jika para pekerja OS masih mogok setelah tiga bulan masa pengabdian tentara dan polisi berakhir, PLN akan mendidik tenaga lainnya untuk menggantikan para Yantek dan Cater.
Karena itu, Supriyono tidak sependapat jika ada yang menyebut, tanpa pekerja OS, pelayanan PLN akan terganggu. Apalagi, PLN punya sistem baca yang bisa dipelaajari tiap orang sehingga tenaga pengganti yang disiapkannya akan secara mudah menangani sejumlah persoalan saat para OS mogok.
"Yang pasti sistem pelayanan kami tidak akan terganggu," ucapnya. (bbb)