Pengukuhan Anggota Kandang Menjangan
Kopassus Mendaki Lawu Sambil Kumpulkan 20 Kantong Sampah
Kami senang dengan kegiatan Kopassus di Gunung Lawu ini
Penulis: agung yulianto | Editor: agung yulianto
Setiap anggota baru bergabung Kopassus Grup 2 Kandang Menjangan, Solo, wajib mengikuti tradisi pengukuhan di Puncak Gunung Lawu, Kabupaten Karanganyar. Pada tahun ini, Tribun berkesempatan melihat dari dekat tradisi yang dimulai sejak 1997 itu.
RATUSAN pasang kaki bersepatu lars mengentak bumi Cemoro Kandang, Gunung Lawu, Sabtu (11/1/2014) pagi. Mereka berbaris dengan tas ransel seberat 10 kilogram melekat di punggung. Ransel berisi perlengkapan, seperti makanan dan pakaian.
Para Prajurit Kopassus Grup 2 Kandang Menjangan ini hendak mendaki puncak Lawu. Sebelumnya, mereka melaksanakan apel di lahan sempit di dekat Pos Cemoro Kandang yang dipimpin langsung Komandan Grup (DanGrup) 2 Kandang Menjangan, Kolonel Infanteri Maruli Simanjuntak didampingi WadanGrup Letkol Infanteri Muhamad Hasan.
Bupati Karanganyar yang baru menjabat tiga pekan, Juliyatmono, juga turut melepas pasukan elite TNI Angkatan Darat ini untuk mendaki. “Kami senang dengan kegiatan Kopassus di Gunung Lawu ini, apalagi saat pendakian, para prajurit akan membersihkan rute dengan cara memungut sampah,” kata Juliyatmono.
Sekitar pukul 06.30, ratusan prajurit mulai mendaki. Tradisi pengukuhan kali ini diikuti 97 tamtama, bintara, dan perwira yang baru selesai menjalani tujuh bulan latihan di Pusdikpassus Batujajar Bandung, dan pembaretan di Pulau Nusakambangan, Cilacap. Selain itu, sejumlah perwira yang baru pindah tugas ke Kopassus Grup 2 Kandang Menjangan, juga wajib mengikuti tradisi ini.
Target waktu pendakian untuk sampai puncak adalah empat jam. Sesekali ratusan prajurit ini berhenti untuk istirahat, namun di sela-sela itu mereka memunguti sampah dan dikumpulkan dalam plastik besar hitam.
Sehari sebelum melakukan pendakian, Jumat (10/1/2014) sore, secara simbolik para prajurit menanam pohon di sekitar Cemoro Kandang. Kemudian prajurit pilihan dari berbagai daerah di Indonesia ini bermalam di lapangan dengan hanya beralaskan matras.
DanGrup Kandang Menjangan, Kolonel Maruli dan WadanGrup, Letkol Muhamad Hasan juga ikut mendaki. Mereka dan rombongan melakukan pendakian melalui Cemoro Sewu, yang terletak di Kabupaten Magetan, Jawa Timur, namun rombongan prajurit dan DanGrup tiba pada saat hampir bersamaan di Puncak Gunung Lawu.
Beberapa saat kemudian, di Puncak Gunung Lawu, prajurit berbaris rapi lengkap dengan baret merah di kepala untuk melaksanakan tradisi pengukuhan sekitar pukul 12.00. DanGrup menjadi inspektur upacara. Ia berdiri tegap dan memegang tongkat komando di pelataran Tugu Argo Dumilah. Suasana hening dan berselimut kabut menambah khidmat suasana pengukuhan.
Kolonel Maruli membacakan ikrar Prajurit Birawa Yuda dan janji Prajurit Komando dengan tegas dan lantang, yang diikuti seluruh prajurit. Setelah itu, upacara dilanjutkan dengan penyiraman air bunga secara simbolik kepada tiga prajurit perwakilan diiringi lagu Padamu Negeri.
Semangat Baret Merah
Dalam amanahnya, Maruli mengatakan, tradisi pengukuhan Kopassus Grup 2 Kandang Menjangan di Puncak Lawu memiliki arti filosofis, yaitu perlu perjuangan keras untuk menuju puncak. "Ini Puncak Gunung Lawu. Kita memerlukan perjuangan untuk sampai ke puncak, walaupun belum seberapa bagi Kopassus. Kita harus tahu filosofinya. Kita sulit mencapai puncak, tapi begitu sampai puncak tidak boleh sombong," ujarnya.
Dia juga berharap semua prajurit bisa mempertahankan nama baik Kopassus sampai kapanpun. Sekali menjadi prajurit Kopassus, selama-lamanya tetap Kopassus. "Semangat baret merah tetap di dada!" tegasnya.
Pukul 14.30, semua pasukan turun dan sampai di Pos Cemoro Sewu sekitar dua setengah jam kemudian. Pada pengukuhan ini prajurit berhasil memungut sampah sekitar 20 kantong plastik besar.
Kolonel Maruli mengatakan, pengukuhan kali ini tidak membawa senjata, tetapi memungut sampah sebagai bentuk kepedulian anggota Kopassus terhadap lingkungan sekitar Gunung Lawu.
Koordinator Tradisi Puncak Lawu, Kapten Infanteri Fanany, menjelaskan tradisi ini dimulai pada 1997. Tradisi yang berlaku sampai sekarang ini diperuntukkan khusus bagi prajurit yang baru bergabung Kopassus Grup 2 Kandang Menjangan. Termasuk Komandan Batalyon 22 Kopassus Grup 2 Kandang Menjangan, Mayor Deni Gunawan yang sebelumnya dari Kopassus Grup 1 Serang, Banten.