Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Pengukuhan Anggota Kandang Menjangan

Anggota Kopassus Wajib Berlari 3.200 Meter dalam 13 Menit

calon prajurit dilatih dengan grade yang lebih tinggi dan berat

Penulis: agung yulianto | Editor: agung yulianto
Tribun Jateng/Wahyu Sulistiyawan
BERSIHKAN SAMPAH - Sejumlah anggota Kopassus Grup 2 Kandang Menjangan menuju puncak Gunung Lawu, sembari membersihkan sampah sepanjang jalur pendakian, Sabtu (11/1/2014). 

Anggota Komando Pasukan Khusus (Kopassus) terdiri dari orang-orang pilihan. Mereka menjalani seleksi tes fisik dan psikologi sangat ketat.

KEKUATAN fisik para anggota Kopassus TNI AD terlihat jelas saat proses pengukuhan anggota baru di Puncak Gunung Lawu, Sabtu (11/1/2014). Mereka dengan entengnya naik turun gunung, bahkan sebagian ada yang berlari.

Kepala Seksi Personel Kopassus Grup 2 Kandang Menjangan, Kapten Infanteri Ginanjar Wahyutomo mengungkapkan, pihaknya memiliki standar tinngi dalam perekrutan anggota Kopassus. Setiap tahun jumlah anggota baru tidak terlalu besar, karena satuan elite ini hanya menentukan kualitas, bukan kuantitas.

"Setelah lulus dari AD, kami akan melakukan seleksi lagi. Tesnya sama, tapi kami punya standar sendiri. Seperti fisik misalnya. Minimal harus mampu lari 3.200 meter dalam waktu 13 menit," katanya kepada Tribun Jateng sebelum pengukuhan Kopassus Grup 2 Kandang Menjangan di Gunung Lawu, Sabtu.

Selain fisik, calon anggota Kopassus juga harus memiliki intelligence quotient (IQ) di atas rata-rata, dan nilai akademik berdasarkan ranking. Kesehatan juga disusun berdasarkan angka 1, 2, dan 3. Minimal standar kesehatan berada di angka 2.

Setiap tahun, rata-rata Kopassus merekrut sekitar 200 personel. Namun kalau tidak ada yang memenuhi syarat, kesatuan bentukan Kolonel Kawilarang pada 1952 ini tidak akan memaksakan berdasarkan kuantitas.

Setelah lulus tes, calon prajurit Baret Merah harus melalui pendidikan di Pusat Pendidikan Kopassus (Pusdikpassus) di Batujajar, Kabupaten Bandung Barat. Di sini, mereka akan dilatih selama tujuh bulan.

"Di Pusdikpassus, calon prajurit dilatih dengan grade yang lebih tinggi dan berat. Seperti tahap basis, gunung hutan, dan rawa laut sungai pantai. Di antaranya latihan navigasi darat, operasi komando, perang hutan, perang rawa laut dan menembak," kata Kapten berusia 31 tahun ini.

Pada tahap basis, calon anggota Kopassus dilatih selama empat bulan, gunung hutan selama dua bulan, dan rawa laut sungai pantai selama satu bulan. Latihan ini menggunakan sistem gugur. Tidak hanya latihan fisik dan kesehatan, tetapi juga latihan mental.

Untuk kesehatan yang bisa disembuhkan, calon anggota pasukan komando masih memiliki kesempatan mencoba pada latihan berikutnya. Namun untuk latihan mental, tidak bisa ditolerir. Jika gagal mereka langsung dikembalikan ke tempat asal

Setelah melakukan latihan selama tujuh bulan, calon pasukan elite ini harus berjalan kaki dari Bandung menuju Nusakambangan, Cilacap untuk pembaretan. Usai pembaretan, secara resmi mereka menjadi anggota Kopassus.

"Perjalanan Bandung-Cilacap ditempuh selama 10 hari berjalan kaki, dengan tas di punggung seberat 18 kilogram yang berisi bahan makanan, dan pakaian. Kami baru beristirahat setiap menempuh perjalanan sepanjang 40 kilometer," ujar Ginanjar.

Jaga nama Baret Merah

Selesai pembaretan, prajurit masih harus mengikuti spesialisasi kemampuan khusus selama tiga bulan. Di antaranya latihan menembak, menunduk, pendaki serbu, demolisi, perhubungan, dan peralatan. Kemudian prajurit kembali ke Pusdikpassus, sebelum akhirnya dibagi ke grup-grup Kopassus.

Kopassus memiliki lima grup, terdiri dari Grup 1 Parakomando di Serang, Banten, Grup 2 Parakomando di Kartasura, Grup 3 Pusdikpassus di Bandung, Grup 4 Sandhi Yudha di Cijantung, Jakarta, dan Grup 5 Antiteror di Cijantung, Jakarta.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jateng
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved