Tribun on Focus
Pemprov Jateng Nabung Biaya Akomodasi Atlet
Misalnya yang datang ke Jawa Tengah 10 ribu orang saja
PROVINSI Jawa Tengah siap bersaing menjadi tuan rumah Pekan Olahraga Nasional (PON) ke XX pada 2020 mendatang. Seluruh elemen di Provinsi ini pun optimistis bisa mengalahkan provinsi lain yang juga mengajukan diri jadi tuan rumah.
"Saya optimistis Jateng jadi tuan rumah PON XX pada 2020. Bahkan sejumlah bupati dan wali kota sudah menyatakan kesanggupannya," kata Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, Senin pekan lalu (10/2/2014).
Optimisme Ganjar terkait keberadaan dukungan akomodasi dan aksesbilitas di Jateng yang cukup memadai, dibanding calon lain. Lima daerah yang juga mengajukan diri menjadi tuan rumah PON 2020 adalah Papua, Bali, Sulawesi Selatan, Sumatera Utara, Kalimantan Barat, dan Aceh.
Di Provinsi ini, ada jalur udara di Semarang (Bandara Internasional Ahmad Yani) dan Solo (Bandara Adi Soemarmo). "Bahkan kami berencana mengembangkan Bandara Wirasaba di Purbalingga dan Bandara Dewandaru di Jepara. Kalau ini selesai, sangat mendukung pelaksanaan PON di Jateng 2020 mendatang," jelasnya.
Selain itu jalan tol Semarang-Solo yang saat ini masih dalam proses pengerjaan juga dinilai bisa mendukung aksesbilitas atlet.
"Belum lagi rel ganda yang saat ini masih dalam proses pengerjaan. Lalu kereta Purwokerto-Semarang dan Solo-Semarang yang akan memperlancar mobilitas wilayah Utara-Selatan,” kata Ganjar.
Selain soal infrastruktur, Ganjar juga menyebut keseriusan Jateng menanggung separuh biaya atlet, sebagai keunggulan dibanding daerah lain. “Berapa anggaran yang kami siapkan masih dalam penghitungan," kata dia.
Kepala Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora) Jawa Tengah, Budi Santoso, memperkirakan anggaran yang diperlukan untuk menjadi tuan rumah PON XX pada 2020 sebesar Rp 50 miliar. "Anggaran itu sudah termasuk untuk mengcover akomodasi biaya atlet selama mengikuti pertandingan olahraga," kata Budi.
Miliaran rupiah yang akan dikeluarkan Pemprov Jateng bersama Pemkab/Pemkot Jateng itu, menurut Kadispora Budi Santoso, tidaklah berlebihan jika dibanding dengan dampak ekonomi yang akan diterima rakyat di provinsi ini.
"Misalnya yang datang ke Jawa Tengah 10 ribu orang saja, dikalikan pengeluaran masing-masing orang Rp 1 juta. Sudah berapa uang yang masuk ke Jateng. Rp 10 miliar kan," katanya.
Uang itu, lanjutnya, akan menggerakkan sejumlah sektor di Jateng, antara lain pariwisata, kuliner dan usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM0 lainnya.
Karena besanya manfaat ekonomi yang akan diterima Jateng, Ganjar pun siap mengerahkan segala potensi di Jateng untuk mensukseskan PON 2020.
Untuk menutup biaya atlet, misalnya, akan disisihkan dari anggaran tiap tahun. Mulai 2015 hingga 2020, Pemprov akan menyisihkan anggaran untuk penyelenggaran PON. "Ibaratnya Pemilu, setiap tahun kita menabung. Bahkan bupati/walikota juga sanggup melakukannya," jelas Ganjar.
Untuk kesiapan venue agar sesuai standar, Ganjar siap mengerahkan seluruh potensi untuk melakukan sejumlah renovasi. Bila dimulai 2015, dia memperkirakan pada 2018 atau dua tahun sebelum pelaksanaan PON, persiapan sudah rampung 98 persen. "Ya tidak perlu selesai 100 persen pada 2018, cukup 98 persen saja sudah baik itu," jelasnya.
Kesejarahan
Kesiapan tersebut bukanlah sekadar klaim Ganjar. KONI Plt Ketua Umum KONI Jateng, Hartono menyatakan, sebelas Kota/Kabupaten yang disiapkan memuluskan pencalonan menjadi tuan rumah PON tahun 2020, memang sangat antusias ikut mempersiapkan diri.