Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

SUCCESS STORY

Kristian Hardianto: Keuntungan Bisnis Itu Tidak Sekadar Laba Perusahaan

Kristian Hardianto Bos BPR Gunung Rizki membagi kisah suksesnya kepada pembaca. Semoga jadi inspirasi.

Penulis: deni setiawan | Editor: iswidodo
tribunjateng.com/HERMAWAN HANDAKA
BOS BPR GUNUNG RIZKI KRISTIAN HARDIANTO membagi kisah suksesnya kepada pembaca tribun jateng 

Laporan Tribun Jateng, Deni Setiawan

TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG- Bagi RY Kristian Hardianto sukses yang dicapai saat ini tidak pernah dibayangkan semasa kecil ataupun di bangku kuliah. Memiliki bank merupakan cita-cita sang mertua, yang ketika itu atau sekitar 1986, berkeinginan mendirikan badan usaha bidang keuangan. Kristian pun terdorong merealisasikan impian tersebut.

Jatuh bangun harus dialami Kristian untuk mewujudkan niat itu. Kini, dia dan keluarga bisa menikmati buah kerja keras. Selain Badan Perkreditan Rakyat (BPR) Gunung Rizki, dia juga memiliki 20 perusahaan yang pengelolaannya diserahkan ke keluarga.

Berikut kisah sukses Komisaris Utama BPR Gunung Rizki, RY Kristian Hardianto, mendirikan dan mengembangkan lembaga jasa keuangan tersebut, serta pandangan terhadap bisnis keuangan yang disampaikan kepada wartawan Tribun Jateng, Deni Setiawan dan Hermawan Handaka di Weleri, Kabupaten Kendal, Sabtu (9/8).

Pemikiran apa yang mendasari Anda memilih bisnis keuangan?

Jujur, bisnis yang saya lakoni “berdarah-darah”, dari nol, karena ini bukan impian pribadi sejak awal. Awalnya, orangtua (mertua, Red) ingin memiliki bank dan meminta tolong saya mewujudkan.

Sebelum menyatakan kesediaan, saya sempat berpikir lama. Apalagi, saya ingin sukses dari hasil pikiran dan keinginan pribadi. Setelah merenung dan berdiskusi dengan istri, saya mencoba mewujudkan. Mulai dari pengurusan izin hingga melengkapi seluruh dokumen pendirian lembaga usaha, saya yang mengurus. Akhirnya, tahun 1990-an, kami memiliki BPR Limpung Arta di Batang. Dilanjutkan pendirian BPR Pamanukan Bangunarta di Subang Jawa Barat pada 1992.

Demi mengembangkan usaha, saya membeli nama sebuah BPR di Jepara dan membawa ke Semarang. Saya dirikan BPR Gunung Rizki di Jalan Soekarno-Hatta Nomor 132 Semarang pada 2000. Brand ini terus saya lebarkan ke berbagai lokasi hingga memiliki dua kantor cabang dan enam kantor kas di Kota Semarang, Ungaran (Kabupaten Semarang), dan Kartasura (Sukoharjo).
Saya bersyukur memiliki orangtua yang memiliki visi. Tanpa impian mereka, saya tidak bisa seperti saat ini.

Benefit apa yang didapat dari bisnis keuangan?

Secara tegas saya katakan, keuntungan bisnis ini tidak sekadar laba perusahaan. Ilmu pengetahuan dan kemampuan memanajemen perusahaan saya juga jadi terlatih. Misalnya, ketika ada aturan ketat dari BI (Bank Indonesia) dan OJK (Otoritas Jasa Keuangan), saya terbiasa langsung mengevaluasi diri dan hasil kerja. Saya juga lebih berhati-hati dalam bertindak, disiplin dan cermat. Ini juga saya tularkan ke karyawan sehingga dalam melayani nasabah kami menggunakan pendekatan humanis.

Pola kerja seperti apa yang Anda terapkan, baik ke pribadi maupun karyawan?

Kunci utama saya adalah leadership. Tanpa kemampuan memimpin yang baik, yang kami temui hanyalah kesulitan. Kepemimpinan ini juga tidak mudah terbentuk, harus bisa mengendalikan diri, memegang teguh prinsip baik, dan komitmen memelajari semua hal terkait amanah. Selain itu, seorang pemimpin juga harus bisa membuat skala prioritas, khususnya mengutamakan internal usaha termasuk karyawan dan nasabah.
Ketika semua itu dijalankan secara professional dan bertanggungjawab, saya yakin, pelayanan yang diberikan ke nasabah berkualitas dan tepat sasaran. Kami juga lebih siap dan sigap mengatasi masalah yang muncul sehingga tidak berbuntut panjang.

Anda tidak terganggu BPR di Jawa Tengah tumbuh subur?

Saya pribadi, dan juga saya sampaikan ke seluruh karyawan, banyak BPR yang berdiri justru menjadi keuntungan. Itu berarti, perekonomian di Jawa Tengah semakin maju. Kalau roda perekonomian berputar, kami bakal untung. Apalagi, selama masih memegang teguh prinsip dan amanah yang kami punyai, nasabah kami akan terus bertambah. Bahkan, akan lebih banyak dari BPR lain. Saya optimistis jadi tidak merasa tersaingi atau khawatir atas kemunculan BPR lain.

Apa yang perlu disiapkan dan dilakukan agar usaha yang didirikan berkembang?

Strategi menjadi kunci mendirikan, membuat usaha berkembang, juga bertahan. Strategi itu meliputi, penempatan sosok pemimpin (pemimpin) terbaik, yang tidak asal-asalan, dan dipercaya serta disegani karyawan. Kenapa begitu? Karena pemimpin ini akan menjadi inspirator di perusahaan. Jika kepemimpinannya baik, kepercayaan publik terhadap perusahaan bisa terbentuk.
Contohnya, nasabah akan percaya ke satu BPR jika pelayanan yang diberikan fleksibel dan lebih cepat. Di beberapa wilayah, termasuk di lingkungan kami, banyak masyarakat yang mulai BPR minded. Tinggal bagaimana pimpinan BPR mengemban amanah nasabah.

Usaha lain apa yang juga Anda dikembangkan?

Sebenarnya, banyak bisnis yang saya tekuni bersamaan pengembangan BPR. Setidaknya, ada sekitar 20 perusahaan yang saya dirikan. Di antaranya, supermarket, rumah makan, diler sepeda motor, lembaga pendidikan dan pelatihan, perumahan, hingga taman rekreasi keluarga.
Tetapi, saya pribadi memutuskan berkonsentrasi di lembaga keuangan karena konsekuensi logis dari kepercayaan nasabah, orangtua, juga keluarga. Akhirnya, usaha lain yang saya rintis, saya serahkan atau alihkan ke orang-orang yang saya percaya mampu menjalankan. Sebagai selingan, saya menjadi motivator di Krisenko (Pusat Training and Business Coaching) yang berkantor di Ruko Thamrin Square Blok A7 Jalan Thamrin, Kota Semarang.

Masih ada obsesi yang ingin diwujudkan?

Saya rasa, bisnis keuangan yang kami dirikan sudah cukup berkembang atau on the track. Saya bersyukur, selama ini Tuhan memberi kemudahan sehingga BPR kami maju cukup pesat. Sekadar informasi, aset awal BPR Gunung Rizki itu Rp 3 miliar. Dari tahun ke tahun, terus meningkat. Semisal, pada 2005, aset menjadi Rp 21 miliar dan meningkat menjadi Rp 204 miliar pada 2010. Dari catatan terakhir kami di pertengahan 2014 ini, nilai aset mencapai Rp 451 miliar. Total nasabah yang kami layani di sembilan kantor BPR Gunung Rizki saat ini sekitar 18.252 nasabah. Semoga, terus meningkat hingga tahun-tahun selanjutnya.

Meski begitu, tentu saya masih memiliki keinginan. Obsesi saya, membranding Jawa Tengah dengan nama BPR Gunung Rizki. Minimal satu kota ada satu BPR Gunung Rizki. Masih banyak orang yang membutuhkan bantuan keuangan untuk mewujudkan cita-cita. Dan melalui produk-produk di BPR Gunung Rizki, kami ingin menjadi solusi dan sahabat mereka. (*)

Sumber: Tribun Jateng
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved