Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

MEMPERINGATI HARI PAHLAWAN

Kisah Cinta Bung Tomo dengan Sulistina

Menjelang 10 November Hari Pahlawan, berikut disajikan Kisah Cinta Bung Tomo dengan Sulistina, aktivis PMI

Editor: iswidodo
zoom-inlihat foto Kisah Cinta Bung Tomo dengan Sulistina
TRIBUNNEWS.COM
SULISTINA istri Bung Tomo

Ditulis oleh Tribunnews.com, Ade Mayasanto dan Rahmat Patutie

TRIBUNJATENG.COM - Setiap mendekati peringatan Hari Pahlawan yang jatuh pada 10 November, ada satu nama yang pasti diingat yaitu Bung Tomo. Kisah perjuangannya sudah banyak diulas, namun bagaimana kisah cintanya? Berikut kisahnya ditulis secara berseri.

Bibir Sulistina bergetar hebat. Air mata pun jatuh di pipi. Perempuan berusia 89 tahun itu mencoba mengungkap perilaku pacar saat Indonesia bergolak melawan sekutu di Surabaya. Bung Tomo, begitu orang mengenal sosok pacar Sulistina.

Tampil tanpa bedak, dan hanya berlipstik merah, Sulistina yang tidak lagi muda masih mengingat kenangan bersama Bung Tomo pada 11 November 1945.

Kisah kasih Sulistina dan Bung Tomo bermula di Surabaya. Saat itu, Sulistina masih duduk di bangku Sekolah Menengah Atas di Malang, Jawa Timur. Sulistina yang juga aktif di organisasi kepemudaan diminta ke Surabaya untuk membantu para korban perang.

"Saya menjadi anggota Palang Merah Indonesia (PMI). Saya lalu diajak pergi ke Surabaya. Dari Malang dengan pasukan. Laki-laki naik truk, kalau perempuan naik sedan. Di sepanjang jalan itu banyak orang yang berdiri mengelu-elukan kita," kata Sulistina saat ditemui Tribun di Jakarta, Minggu (2/11).

Tiba di Surabaya, Sulistina yang masih berusia 18 tahun melihat para pemuda mengikat kepala dengan kain merah dan putih. Membawa granat, pistol, dan bambu runcing, mereka menyanyikan lagu perjuangan.

"Waktu itu Bung Tomo ada di situ. Cuma saya enggak kenal bung Tomo itu siapa," ujarnya.
Di sisi lain, Bung Tomo justru sudah jatuh hati pada saat pandangan pertama. Diam-diam Bung Tomo berupaya mencuri pandang terhadap Sulistina. "Waktu itu saya dianggap sombong karena tidak mempedulikan dirinya," ungkapnya.

Beberapa hari kemudian, saat Sulistina tengah berada di barak yang ditempati sejumlah perempuan, seorang pria tiba-tiba berteriak-teriak. "Keluar, keluar, teriaknya. Kami diminta mengungsi ke tempat yang aman karena ada mata-mata yang ditembak mati," ujar Sulistina.

"Sesudah dia pergi, saya tanya siapa itu (orang yang lari)? (temannya menjawab) Bung Tomo. Oh itu. Itulah pertama kali saya bertemu dan mengetahui Bung Tomo," ucapnya.

Pertemuan itu tidak terus berlanjut. Sulistina fokus membantu para korban perang selama tiga pekan. Ia melihat begitu banyak pemuda yang tidak berdaya. Ia lalu diperintahkan membawa para korban perang ke rumah sakit. Sejak itu, semua orang diminta mengungsi ke luar kota, termasuk Sulistina yang kemudian kembali ke Malang.

Undangan Ultah

Suatu ketika, Sulistina diundang seorang teman ke acara ulang tahun di sebuah restoran, Malang. Atas undangan itu, Sulistina pun datang ke lokasi yang dituju. Sesampainya di restoran, Sulis merasa heran lantaran undangan tersebut disesaki kaum pria. Satu-satunya perempuan hanya sosok Sulistina. Yang mengejutkan, di ruang tersebut ada sosok Bung Tomo. Bung Tomo ini kerap memperhatikan Sulistina.

"Waktu di restoran Malang, teman saya bilang. Lis..lis, ada lelaki lihat kamu dari tadi. Saya lalu mencari tahu. Dan ternyata, lelaki itu Bung Tomo. Aku lalu malu, ada perasaan aneh saat itu. Itulah saat saya mulai memperhatikan dia," urainya. Sejak itu, Sulistina dan Bung Tomo kerap bertemu.
Kendati saling beradu mata dan bertemu, keduanya tidak lantas berpacaran. Butuh beberapa waktu hingga keduanya mengikat tali asmara.

Peristiwa tali kasih mulai terikat ketika Bung Tomo tengah mengungsi di sebuah rumah warga. Sulistina dan kawan-kawan palang merah juga ikut mendatangi rumah pengungsian Bung Tomo dan kawan-kawan seperjuangan. Ketika Sulistina tengah duduk di kamar bersama teman-teman palang merah, dan bersendau gurau, tiba-tiba Bung Tomo yang masih mengenakan sarung usai salat magrib masuk ke kamar. Ia lalu memegang tangan Sulistina.

"Ada apa ini?" tanya Sulistina yang terkaget-kaget Bung Tomo memegang tangannya usai masuk ke kamar yang dihuni kaum perempuan.

"Kamu sudah ada yang punya enggak?" kata Bung Tomo seperti direka ulang Sulistina.

Pertanyaan Bung Tomo dijawab Sulistina dengan santai. Ia mengaku telah ada yang punya. Jawaban Sulistina membuat Bung Tomo geram. Ia mencari tahu siapa pemilik hati Sulistina.

"Dia marah. Dia tanya, siapa? Ya, Ayah saya he..he..he.. Saya bilang gitu," kata Sulistina diiringi senyum melebar. Pernyataan Sulistina itu membuat Bung Tomo kembali tersenyum. "Kamu itu," jawab Bung Tomo. (bersambung ke halaman koran Tribun Jateng edisi 8 November 2014)

Sumber: Tribunnews.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved