Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

SUCCESS STORY

Kisah Sukses Presiden Komisaris PT Sun Motor Group Imelda Sundoro

Kisah Sukses Presiden Komisaris PT Sun Motor Group Imelda Sundoro merintis usaha dari nol.

Penulis: suharno | Editor: iswidodo
tribunjateng/deni setiawan
Kisah Sukses Presiden Komisaris PT Sun Motor Group Imelda Sundoro 

TRIBUNJATENG.COM, SOLO-  Rekam jejak Imelda Sundoro di dunia otomotif dan properti tak perlu diragukan lagi. Dipercaya menjadi Agen Tunggal Pemegang Merek (ATPM) sejumlah perusahaan otomotif besar dan memiliki 150 outlet yang tersebar di berbagai kota di Indonesia menjadi bukti.

Namun, semua itu tidak diraih mudah. Berbagai strategi dan prinsip dipegang teguh dalam menjalankan usaha. Apa saja yang diterapkan Presiden Komisaris PT Sun Motor Group Imelda Sundoro ini di bisnis tersebut? Berikut penuturan Imelda kepada wartawan Tribun Jateng Deni Setiawan dan Suharno di Solo.

Apa yang mendasari Anda terjun di bisnis otomotif?
Saya tertarik bisnis otomotif ketika ada seorang kawan membeli mobil yang saya miliki. Melihat keuntungan yang lumayan besar, saya meninggalkan usaha dagang pakaian dan toko kelontong. Garasi rumah kemudian saya manfaatkan seolah-olah showroom jual beli mobil bekas.

Saat itu, nama yang kami usung UD Sun Motor. Ketika memulai pada 1974, kami ada di Gilingan, Solo. Lama-lama berkembang hingga dipercaya Agen Tunggal Pemegang Merek (ATPM) Indonesia dan pindah kantor ke Jalan Kol Sutarto Nomor 19 Solo.

Intinya, ketika itu yang ada di benak saya, membuka bisnis otomotif tidak bikin ribet. Tenaga sedikit tetapi mampu menghasilkan omzet besar dan cepat. Semua tugas juga bisa dikerjakan sendiri, mulai dari urusan administrasi, logistik, hingga pengiriman.

Alasan Anda juga sama saat berekspansi ke bisnis properti?
Nah, seiring berjalannya waktu, tentu ada pertimbangan lain. Meskipun sejak awal saya tidak punya basic di urusan properti tetapi hal yang tertanam pada diri saya pribadi, “jika orang lain bisa, mengapa saya tidak bisa,” itu membuat saya terdorong terjun di properti. Namun, saya tidak langsung membangun hotel atau perumahan, saya awali membeli lahan di berbagai kota, misalnya di Solo, Semarang, Surabaya, Bali, hingga Jakarta.

Alasan lain, perusahaan ini memang harus berekspansi. Harus saya akui, ada keterbatasan daerah ketika hanya berkonsentrasi di bisnis mobil. Sangat sulit mengembangkan ke wilayah lain karena semakin tumbuh pula diler-diler. Meski mengembangkan bisnis lain tidak lantas bisnis yang telah saya rintis dari nol dimatikan.

Hal yang perlu dipahami pula, bisnis mobil tentu ada supply maupun demand. Layaknya ulang tahun, semakin bertambah usia, kendaraan itu harganya semakin turun. Konsumen cenderung membeli kendaraan keluaran baru. Itu bertolak belakang dengan bisnis properti. Semakin lama, harga lahan semakin mahal. Belum ada sejarahnya harga tanah turun apalagi jika berada di lokasi strategis. (bersambung)

Sumber: Tribun Jateng
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved