Jembatan Memprihatinkan
Bina Marga Langsung Survei Jembatan Kali Pepe Di Boyolali
Bina Marga Jateng Langsung Survei Jembatan Kali Pepe Di Boyolali-Karanganyar yang memprihatinkan (plempungan)
Penulis: galih pujo asmoro | Editor: iswidodo
TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG- Sehari setelah diberitakan Tribun Jateng di Halaman 1 tentang warga yang terpaksa menggunakan saluran irigasi sebagai jembatan darurat, Dinas Bina Marga Jawa Tengah langsung melakukan survei pada jembatan talang irigasi Plempungan di perbatasan Kabupaten Karanganyar-Boyolali.
Menurut Kepala Dinas Bina Marga Jateng, Bambang NK, Jumat (13/3) malam, jembatan tersebut melintang di atas Kali Pepe.
Saat ini, jembatan talang irigasi tersebut digunakan warga sebagai satu-satunya akses terdekat untuk menuju seberang sungai. Bambang mengatakan, menggunakan jembatan talang irigasi sebagai akses penyeberangan sangatlah berbahaya.
Oleh karena itu, harus segera dibangun jembatan agar warga tidak lagi membahayakan diri saat melintasi Kali Pepe. "Itu sangat berbahaya. Harus segera dibangun jembatan dengan konstruksi yang kuat sehingga aman untuk dilintasi," kata Bambang.
Menurut Bambang, Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo memintanya untuk segera melakukan survei mendetil. Menurut Bambang, Ganjar berharap jembatan permanen bisa segera dibangun.
"Dengan demikian bisa melayani masyarakat setempat dengan aman dan nyaman," sambung Bambang.
Dinas Bina Marga tampaknya serius untuk membangun jembatan tersebut. Buktinya, Bambang juga telah menghitung biaya pembangunan jembatan termasuk oprit atau jalan penghubung jembatan.
Perkiraan sementara, jembatan yang dibangun di Plempungan adalah jembatan tipe B. Dengan bentang sepanjang 60 meter, lebar 7 meter dan menggunakan rangka baja, dibutuhkan biaya sekitar Rp 12 miliar.
Bambang berharap, pembangunan jembatan tersebut bisa diusulkan dalam Musyawarah Penrencanaan Pembangunan Wilayah Jateng. "Pihak terkait mengusulkan pembangunan ke Provinsi Jateng," pinta Bambang.
Gubernur Ganjar Pranowo mengatakan anggaran untuk pembangunan jalan dan jembatan, tahun ini Rp 1.835.717.718.000. Karena itulah, ia berharap agar persoalan jembatan tersebut dibawa ke Musrenbangwil.
"Saya minta agar pembangunan jembatan diusulkan di Musrenbangwil. Dikawal agar usulan itu sampai ke provinsi," tegas Ganjar.
Seperti diberitakan sebelumnya, warga di Boyolali terpaksa menempuh bahaya dengan menggunakan saluran irigasi sebagai jembatan darurat.
Setiap hari warga termasuk siswa sekolah melintasi jembatan setinggi 25 meter, yang terbuat dari sebilah papan sepanjang 30 meter itu. Warga terpaksa melintas di sana karena jembatan terdekat harus memutar jauh dari lokasi.
Aktivitas warga ini mengundang keprihatinan karena dinilai sangat membahayakan keselamatan.
Jembatan yang dibuat secara gotong-royong oleh warga ini sebenarnya bukanlah jembatan untuk penyeberangan orang, melainkan saluran irigasi.
Namun, karena untuk mempersingkat waktu, dari pada harus memutar ke jembatan penyeberangan anak sungai Bengawan Solo di Pasar Colomadu yang jaraknya sekitar delapan kilometer, warga sekitar akhirnya membuat jembatan menggunakan papan titian.
Meskipun sangat berbahaya dan harus mempertaruhkan nyawa, para siswa maupun warga ini nekat menyeberangi sungai melalui jembatan titian yang kerap disebut jembatan Suruh atau Plempungan ini.
"Tidak takut jatuh karena sudah biasa. Tetapi ya harus hati-hati karena kalau hujan papannya licin. Kalau lewat sini jaraknya lebih dekat hanya sekitar satu kilometer," ujar Arif warga Desa Bolon, Karanganyar yang hendak berangkat ke sekolahnya di MTS Ngemplak, Boyolali. (TRIBUNJATENG/GALIH P ASMORO)
Nama JEMBATAN PLEMPUNGAN / TALANG
Lokasi Penghubung BOYOLALI-KARANGAYAR
Panjang 60 meter
Lebar 7 meter
Anggaran Rp 12 miliar
Proses Segera Diajukan di Musrenbangwil