Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

SUCCESS STORY

Ken Arok Punya Keunggulan Dibanding Grup Dangdut Lain, Ini Dia

Ken Arok Punya Keunggulan Dibanding Grup Dangdut Lain, Ini Dia

Penulis: deni setiawan | Editor: iswidodo
TRIBUNJATENG/HERMAWAN HANDAKA
Ken Arok Punya Keunggulan Dibanding Grup Dangdut Lain, Ini Dia. Foto: Owner OM Ken Arok (kacamata) bersama crew di Salatiga 

TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG- Grup musik OM Ken Arok bermarkas di Salatiga tak lekang oleh waktu dan tak lapuk oleh hujan. Nama OM Ken Arok tetap eksis meski harus menghadapi gempuran teknologi dan berusaha keras menangkap peluang dan memahami selera masyarakat. Kini sudah menginjak usia 36 tahun, pendiri OM Ken Arok, Drs Frans SP punya strategi khusus sehingga Ken Arok punya nilai lebih dibanding yang lain.

Apa yang membedakan Ken Arok dari grup musik lain?
Sama-sama orkes melayu, konsep serta pengelolaan kami lebih jelas. Ciri khas OM Ken Arok lebih tertata. Sebelum tampil, bahkan sejak awal kontrak, ada rundown. Tidak asal tampil.

Misal, black out, opening, jeda, hingga penutup, semua sudah terprogram dan tiap personel memiliki tanggung jawab. Itu sebabnya, kami tidak mudah menerima request lagu secara mendadak, apalagi kalau sudah di atas panggung.

Sejak awal, kami sudah menyusun urutan musik yang akan menghipnotis penonton. Prinsip, semua harus dibicarakan secara teknis dari awal. Ada komitmen yang dibangun bersama-sama dengan pihak penanggap dan Ken Arok. Kalau terkesan rewel, itu saya sadari karena memang Ken Arok tidak ingin menyuguhkan musik hiburan rakyat yang asal-asalan. Atas dasar itu pula, kami dianggap sebagai grup musik mewah. Itu tidak bisa kami tampik karena semua karya dihasilkan secara profesional dan bertanggungjawab.

Lalu, bagaimana Anda melakukan tugas pengawasan?
Mulai 2013, tongkat estafet kepemimpinan OM Ken Arok saya serahkan ke anak pertama, Dyas. Dari empat anak saya, dia yang terlihat mengikuti jejak bermusik. Meski begitu, saya tidak lepas tangan. Saya terus memantau tiap show di daerah manapun. Tentu tidak semua datang ke sana tetapi memanfaatkan teknologi yang ada.

Misal, tiap pra-show, saya mengecek satu persatu kinerja manajemen. Mulai dari produksi, personel, lighting, hingga tatanan panggung. Apabila ada masalah, koordinator lapangan harus menginformasikan agar segera ada solusi.

Semua itu saya tekankan dalam manajemen agar OM Ken Arok bisa menjadi grup musik tertua di Jawa Tengah yang sampai kapanpun dipercaya publik. Grup yang memiliki komitmen untuk memberikan sajian musik mengesankan, aman, dan nyaman. Dapat dibayangkan, apabila tidak ada pengelolaan profesional, bisa hancur grup ini sejak lama.

Makin banyak grup musik dangdut, Anda merasa tersaingi?
Ah, tidak. Saya tidak merasa tersaingi. Saya justru senang dan mendukung jika bermunculan grup musik dangdut. Pandangan pribadi saya, tiap grup sudah memiliki segmen dan sebagai generasi awal, saya tidak akan mematikan grup lain. Masalah nilai kontrak, saya punya patokan sendiri. Apabila tidak berkenan, saya sarankan ke grup lain.

Musik dangdut memang tidak terlepas dari sebuah bisnis yang tentu membuat orang tergiur mengikuti. Tetapi cobalah dikemas, dikelola secara profesional agar segala image negatif tiap pertunjukan semakin berkurang bahkan hilang. Bagaimanapun, membangun sebuah bisnis apalagi dari nol itu susah. Butuh kerja keras dan usaha panjang. Silakan dirikan grup musik agar dangdut di Indonesia semakin lestari, tetapi sekali lagi, jangan asal-asalan. (tribunjateng/deni/her-bagaimana live dangdut bersaing dengan hiburan di televisi)

Sumber: Tribun Jateng
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved