Semburan Asap Belerang Candi Gedongsongo Jadi Daya Tarik Wisatawan
Semburan Asap Belerang Candi Gedongsongo Jadi Daya Tarik Wisatawan
Penulis: deni setiawan | Editor: iswidodo
Laporan Tribun Jateng, Deni Setiawan
TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG- Bau menyengat di hidung mulai terasa di jarak sekitar 200 meter sebelum memasuki area pemandian atau kolam renang air hangat Candi Gedongsongo. Kepulan asap putih pekat dapat terlihat oleh para pengunjung begitu memasuki persimpangan jalan setapak seusai melewati Candi Gedong II tersebut.
Area tersebut seakan telah menjadi jujukan favorit ketika para wisatawan berkunjung di Candi Gedongsongo yang berada di Kelurahan Candi Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang. Lokasi untuk menuju ke sana pun cukup mudah. Cukup berjalan sekitar 400 meter dari titik Candi Gedong II atau 200 dari Candi Gedong III.
Selain berjalan kaki, mereka juga bisa memanfaatkan jasa kuda wisata yang ada di objek wisata itu. Selain merasakan air hangat atau belerang di kolam berukuran sekitar 7 x 5 meter tersebut, mayoritas pengunjung juga tidak ingin melewatkan pemandangan kepulan asap pekat yang keluar dari lubang bongkahan bebatuan di dasar bukit itu. Ada sebagian yang berfoto selfie, ada pula yang meminta tolong rekannya untuk memotret berlatar belakang kepulan asap itu.
Satu di antaranya adalah Danang Nopana (22). Dia terkagum-kagum atau terpesona melihat pemandangan natural itu. Sebuah kawah kecil di lereng Gunung Kendalisodo itu secara alamiah mengeluarkan asap yang menjulang tinggi dan menghasilkan air panas. Kepulan asap disertai percikan air yang menyembur itu pun tidak disia-siakannya melalui pengabadian telepon selulernya.
"Sebelumnya ya hanya melalui foto dan cerita teman-teman. Makanya ketika ada kesempatan ke sini, tujuan utama adalah ke komplek pemandian air panas ini untuk melihat anugerah Tuhan terhadap alam di lereng gunung di antara bangunan bersejarah yang merupakan cagar budaya di Indonesia tersebut. Eksotis, aroma belerang pun cukup kuat atau khas," jelas mahasiswa Universitas Widya Dharma (Unwidha) Klaten itu. (*)