Ayah Edy Ubah Mindset Ratusan Orang Tua dan Guru
Lebih dari 500 orang peserta sudah memadati Balairung Universitas PGRI Semarang Sabtu (30/5/2015) mulai pukul 13.00.
Penulis: rival al manaf | Editor: rustam aji
Laporan Reporter Tribun Jateng, Rival Almanaf
TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Lebih dari 500 orang peserta sudah memadati Balairung Universitas PGRI Semarang Sabtu (30/5/2015) mulai pukul 13.00. Mereka siap menunggu motivator yang kerap dipanggil Ayah Edi memberikan materi tentang bagaimana seharusnya mendidik anak.
Tepat setengah jam kemudian, pria yang memiliki nama lengkap Edi Wiyono tersebut kemudian datang dan disambut ratusan peserta yang datang dari berbagai daerah dari Jatengdan DIY. Bahkan ada beberapa yang berasal dari Surabaya dan Bandung.
Tak lama kemudian Ayah Edi memberikan materi tentang pentingnya Peran Orang Tua dan Guru dalam melihat perilaku cerdas anak. Pemaparan selama kurang lebih satu jam kemudian dilanjutkan dengan sesi tanya jawab.
Karena banyaknya penanya bahkan hingga saat informal seusai acara, akhirnya Edy baru bisa keluar dari gedung pukul 18.00 dimana dalam jadwal sebenarnya hanya sampai pukul 16.00.
"Itu semua karena antusiasnya peserta, mereka dibukakan bahwa ternyata dibalik perilaku hiperaktif anak ada bakat dan minat tersembunyi," ucap owner dari penyelenggara Seminar, Kinarya Gemilang Production, Hernowo kepada Tribun Jateng.
Ia menjelaskan, Semarang sendiri merupakan kota ke empat yang dikunjungi roadshow Ayah Edy. Sebelumnya motivator keluarga tersebut telah mengisi seminar serupa dengan tema berbeda di Denpasar, Surabaya, dan Bandung.
"Masih ada dua kota lagi yakni Jakarta dan Solo yang akan kami selenggarakan nanti seusai Lebaran," imbuh Hernowo. Tema parenting kepada guru dan orang tua sendiri dipilih karena di sesuaikan dengan pendukung yakni Up Radio dan Universitas PGRI.
Peserta yang memenuhi Balairung Upgris memang selain orang tua juga seorang guru dari TK hingga SMA. "Kita melihat bahwa pemetaan bakat dan minat anak bukan hanya untuk orang tua, tapi juga guru yang berhadapan langsung dengan anak," imbuhnya.
Salah satu peserta, Niken mengaku cukup terkejut dengan penjelasan dari Ayah Edi. Menurutnya ternyata saat ini ada presepsi yang salah dalam mengarahkan bakat anak.
"Beliau membuka mata bahwa ternyata banyak perilaku yang sering kita anggap kenakalan ternyata justru bakat dan minat dari sang anak," jelas Ibu muda asal Semarang.
Ia mencontohkan misalnya anak yang suka mengotori tembok, mencoreti wajah kakaknya seharusnya tidak dimarahi namun diarahkan. Bisa saja bakatnya adalah untuk menjadi ahli make up.
"Sangat membuka wawasan, hanya saja memang harus ada waktu yang lebih lama masih banyak pertanyaan untuk memetakan bakat anak saya dan mengarahkan sesuai dengan minatnya," pungkas Nikan. (*)